Miswan dan Saco bersilaturahim di ruangan Kabag TU Kanwil Kemenag Sumbar. (ad) |
Kamis 12 Oktober 2023 pagi, H. Maswar dan H. Suardi Aminsyah Koto mengajak saya ke Padang. Tepatnya ke Kanwil Kemenag Sumbar.
Maswar adalah pensiunan Kanwil Kemenag yang kini jadi Caleg di Kota Pariaman dari Golkar.
Sedangkan Saco, begitu Suardi Aminsyah Koto akrabnya di kalangan wartawan, pensiunan Kemenag Padang Pariaman yang melanjutkan profesi wartawannya di salah satu media online.
Saco ini orang yang tak mau jadi pejabat. Tapi, analisanya banyak yang mangkus. Tebakannya sering mengena, dan orang jadi terpana membaca analisa dia.
Tiba di Kanwil, Maswar terus ke urusannya di salah satu bidang. Kami menunggu saja, tak mau ikut.
Dalam menunggu itu, Saco menelpon seseorang. Kawan dia yang sedang jadi orang kedua di Kanwil Kemenag Sumbar itu.
Ya, siapa lagi kalau bukan H. Miswan, Kabag TU Kanwil Kemenag Sumbar. Telpon Saco mangkus. Saat ditelepon langsung diangkat oleh Miswan.
Terjadilah cerita lamak, layaknya sahabat yang sudah lama tak jumpa. Padahal jarak nelpon itu dekat sekali. Sangat dekat. Hanya dibatasi dinding ruangan kerja.
Tapi, intinya Saco ingin minta izin untuk masuk ruangan kerja Miswan, dan menanyakan boleh atau tidaknya. Sedang sibuk menerima tamu atau tidaknya Miswan.
Saco pun masuk sehabis nelpon itu. Saya pun ikut. Tak menunggu lama, oleh Miswan kami ditawari minuman atau sarapan, terserah mau pilih yang mana.
Akhirnya, anak buah Miswan menyuguhkan minuman hangat plus cemilan. Pembicaraan hangat pun bersileweran. Saya nyimak saja.
Miswan pernah dinas di Kemenag Kota Pariaman, dan dia semenda di Kota Tabuik itu. Asli Pasaman Barat, Miswan dekat dengan Saco.
"Kanwil ada di sini," tanya Saco. Sebab, di luar sana tak terlihat oleh Saco mobil dinas Kanwil yang saat itu dikendarai H. Helmi.
Tentu tanya demikian pantas dan patut. Helmi dan Saco sama-sama orang Kemenag yang pernah berkarir di dunia wartawan.
"Tak ada, bang. Mungkin keluar barangkali," jawab Miswan. Miswan berdegap abangnya ke Saco, layaknya yunior ke senior.
Miswan menyebut itu, lantaran dia yang dapat undangan untuk menghindari pelantikan Pj Walikota Pariaman dan Padang Panjang, siang hari itu.
Ke Payakumbuh, pak Kanwil, pak. Tiba-tiba suar dari staf Kemenag menyebut seperti itu.
Spontan saja Saco melontarkan soal Kanwil Helmi pindah tugas atau dipindahkan atau dimutasikan. Padahal, tak ada isyu itu sebelumnya.
Kenapa? Tentu mereka bertiga itu yang paling tahu. Helmi, Miswan yang belakangan satu kantor, berkawan lama dengan Saco.
Dua pekan setelah kami pulang dari Kanwil, beredar luas berita Kanwil Kemenag Sumbar berganti, dari Helmi ke Mahyudin.
Saco mengontak saya. Saya pun paham dibalik isi telpon Saco ini. Langsung saja saya tanyakan sasok jeraminya Mahyudin, Kepala Kanwil yang baru menggantikan Helmi.
"Baru Kamis lalu kita bicara seloroh soal keberadaan Kanwil di kantornya, kini betul-betul pindah dan sudah dilantik penggantinya," ujar Saco.
Orang Jawa bilang, Saco ini punya indra keenam. Banyak ucapannya terbukti setelah dia bicara.
Helmi jadi Kanwil, tak terlepas dari tebakan Saco, jauh sebelum seorang Helmi jadi Kanwil. Bahkan kala itu Helmi salah seorang kasi di Kemenag Padang Pariaman.
Ceritanya tak banyak yang tahu. Bermula dari sebuah tas kecil yang dipakai Saco. Tas kecil itu rancak, dan sering disebut Helmi dalam sindiran saat dua wartawan ini bersua.
Oleh Saco, dibawakan tas kecil yang sama dengan yang dia pakai, khusus untuk Helmi. Saat memberikan tas itulah, Saco berkelakar kalau Helmi akan jadi Kepala Kemenag di kabupaten dan provinsi.
Tentu, Helmi mengangguk dan menyebut aamiin. Tapi bukan AMIN untuk pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar. Kala itu Presiden SBY.
Dan banyak hal-hal menarik seperti itu dilontarkan Saco, pada akhirnya mangkus dan terwujud. Tapi, Saco tak mempopulerkan itu. Dia seperti berjalan di tengah kesunyian.
Sama dengan Gus Dur, yang oleh sebagian besar pendukung dan pengganggunya, Gus Dur disebut wali.
Ya, Saco termasuk orang yang keramat. Meskipun dia buka seorang yang bergelar tuanku, Saco orang yang termasuk rajin memelihara ibadahnya.
Shalat Dhuha dan Tahajjud jadi tradisi dan kebiasaannya. Tentu pandangan demikian, hasil penglihatan batin terdalam seorang Saco.
Orang lain dan kawannya tak banyak yang tahu. Saco, wartawan senior kelahiran 1962 ini tak pula ambil pusing soal itu.
Soal orang yang akan jadi walikota dan pejabat di mana saja, orang kenal dan mengenal Saco, dengan renungan dan tebakan batin Saco, terbukti. (ad/red)