Zuardi MS Datuak Rajo Bijayo. |
Padang Pariaman, Sigi24.com--H. Zuardi MS Datuak Rajo Bijayo, pengusaha sukses di rantau, mengabdi di kampung.
Sukses melakoni usaha tekstil dan garmen di rantau, tetapi tetap mengabdi di kampung. Ya, dia Ketua Harian Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman.
Seiring perjalanan waktu, dan tentunya berangkat dari kesuksesan demikian, Zuardi MS Datuak Rajo Bijayo ingin pengabdian yang lebih besar.
Kesempatan untuk bersaing ke DPRD Sumbar pun dimanfaatkan Zuardi MS Datuak Rajo Bijayo lewat PKB dari Dapil II, Padang Pariaman dan Kota Pariaman.
Kesuksesan Zuardi tak serta-merta. Jatuh bangun sebagai dinamika dalam usaha, dijadikannya sebagai gelombang hidup dan kehidupan.
Menghabiskan masa kecilnya di kampung, Pinjauan, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, hingga tamat sekolah dasar.
Setamat SD, Zuardi mulai merantau. Tahun 1971, niniak mamak dalam kaumnya ini mulai mengadu nasib di perantauan.
Medan, Sumatera Utara, rantau yang cukup jauh dari Sungai Limau tentunya dihadangnya. Dari 1971 sampai 1979, Zuardi belajar sekaligus berusaha di kota itu.
Dia belajar menjahit, menyatukan kain yang terpisah menjadi satu. Lewat goyangan mesin jahit, kain yang tadinya saling terpisah, kini menyatu dan jadi pakaian yang rancak pula.
Zuardi belajar menjahit sekaligus bekerja dengan pamannya. Tak lama, tetapi rentang waktu delapan tahun itu, membuat ilmu dan skill menjahit bapak empat orang anak ini berkembang dengan baik, pada masa selanjutnya, hingga saat ini.
Tentu tak semata menjahit keterampilan yang dilakukan Zuardi. Sempat juga dia berjualan kain secara keliling, bahkan sempat pula dia jadi agen alias menjual tiket perjalanan dengan mobil.
Sejak kecil, Zuardi terkenal gigih. Ulet dan yakin dengan usahanya. Merintis usaha dari nol. Tak seperti kebanyak tokoh sukses saat ini, yang ditopang oleh modal besar dan dari usaha orangtuanya.
Jatuh bangun dalam berusaha itu, Zuardi setelah delapan tahun di Medan, dia memilih pulang kampung.
Tak tinggal diam, waktu luang di kampung sebelum memilih pindah ke rantau lain, Zuardi menyelesaikan pendidikan menengah pertama dan menengah atasnya di kampung dan di Padang.
Dia melanjutkan sekolah di SMP 1 Sungai Limau, lalu melanjutkan ke SMA Muhammadiyah, Padang. Sambil sekolah di Padang, Zuardi tetap berusaha.
Berusaha untuk membiayai pendidikannya di ibukota Provinsi Sumatera Barat itu. Dia jadi agen, menjual tiket angkutan umum.
Kerasnya hidup, bagaikan asupan gizi bagi Zuardi untuk terus bertahan dalam usaha itu, sampai pada waktunya, tahun 1984, dia melepas masa lajangnya.
Menikahi seorang gadis, Rosmet Chan namanya. Tentunya sebuah pilihan suka sama suka, berbalutkan gelombang hidup yang tak selalu mulus, menjadikan keluarga ini menapaki kesuksesan.
Tak lama setelah nikah, hanya tiga tahun, tepatnya 1987, Zuardi membawa istri tercintanya ke Jakarta. Membangun kehidupan yang lebih baik dan lebih sukses tentunya.
Usaha tak mengkhianati hasil. Ini barangkali yang dialami Zuardi di Jakarta. Kegigihan dan semangat berusaha yang tinggi, awalnya kaki lima berjualan kain, dalam tempo waktu yang singkat, dia sudah bisa membuka konveksi.
Tepatnya 1989, Zuardi membuka konveksi, mempekerjakan banyak orang, menjadikan namanya terus menjadi buah bibir oleh masyarakat di kampung.
Puncaknya, konveksi itu bangkrut. Tak berproduksi, akibat hantaman gelombang perekonomian. Namun, Zuardi tak pernah kehilangan semangat.
Dari konveksi yang gagal, Zuardi buka usaha pembuatan sepatu di Cipondoh. Tetapi usaha ini juga tak bertahan lama, lantaran hanyut dalam gelombang pasang perekonomian.
Jatuh bangun usaha, sepertinya sudah hal yang biasa bagi Zuardi. Sampai pada titik terbawah sekali pun, Zuardi tak pernah kehilangan semangat hidup. Dia memilih berjualan barang harian di rumahnya di ibukota itu.
Menjelang pesta demokrasi pemilu 2009, Zuardi bersama istrinya mencoba peruntungan lain. Dia berjualan kerudung di Pasar Tanah Abang.
Dasar ilmu dagang sudah matang, jatuh bangun berusaha telah dilewatinya, Zuardi pun berdagang secara sungguh.
Subuh-subuh dia sudah berangkat dari rumah. Nanti, tengah malam tiba pula di rumah, beristirahat sambil juga bercerita lepas dengan pasangannya. Tiap hari dilakoninya.
Di luar dugaannya, jualan kerudung atau jilbab itu laku keras. Tiap sebentar orderan masuk, tak bisa lagi dia kendalikan sendiri.
Banyak orderan dari Caleg, untuk dijadikannya logistik pemilu. Usaha Zuardi terus menanjak naik. Dan dari sini ia kembali membuka konveksi, memproduksi manset serta peralatan lainnya.
Perlahan usaha Zuardi terus berkembang, kehidupannya kian membaik. Hingga akhirnya tahun 2010 ia bisa membeli toko di Tanah Abang. Tahun 2017 ia sudah punya beberapa toko dan ruko di Tanah Abang. Bahkan tahun 2019 Zuardi mendirikan sebuah pabrik kain di Bandung. Kini semua usahanya sudah dikelola oleh anak-anaknya.
Zuardi menyebutkan, perjuangannya mencapai kesuksesan tidaklah mudah. Jalan berliku dan panjang, disertai dengan kerasnya gelombang hidup.
"Kunci sukses saya dalam berusaha cuma satu; kejujuran. Orang percaya dengan saya. Mereka mau menitipkan barangnya sama saya. Selebihnya hanya kerja keras dan tidak mudah menyerah. Tanpa itu tidak mungkin saya akan sukses," ujar Zuardi.
Nah, kesuksesan Zuardi tak membuat ia lupa akan kampung halaman. Dia sering pulang kampung. Tentu tak sekedar pulang. Ada sesuatu yang diberikannya kepada masyarakat.
Makanya, rasa peduli dan ingin kampungnya Sungai Limau maju dan berkembang, terus terpatri dalam jiwa dan semangatnya.
Sampai pada sebuah keputusan dalam kaumnya sendiri, seorang Zuardi harus di dahulukan selangkah, ditinggikan seranting. 2017, atas kesepakatan kaum, Zuardi menyandang gelar Datuak Rajo Bijayo.
Di nagari, tepatnya Pilubang, Zuardi yang sudah bergelar Datuak Rajo Bijayo ini dijadikan sebagai salah seorang yang memimpin KAN.
Berangkat dari kepedulian, supaya usaha pengabdian itu bisa maksimal di tengah masyarakat, Zuardi pun ikut bersaing untuk jadi anggota DPRD Sumbar.
Ya, lewat PKB. Partai nomor urut satu, menurut Zuardi sesuai dengan langkah dan tujuannya menjadi anggota dewan nantinya.
Dia mohon dan dan dukungan masyarakat tentunya. Ya, masyarakat Padang Pariaman dan Kota Pariaman, sehingga tujuan mulia ini tercapai dengan baik dan benar. (ad/red)