AS Edi. |
Usaha agraris adalah usaha yang mempertahankan, membentuk dan menciptakan ekosistem. Seperti bidang pertanian, perkebunan dan peternakan.
Produksi hasil pertanian, perkebunan dan peternakan, komuditi yang sangat menjanjikan daerah Piaman Laweh.
Seperti kelapa, disebut juga dengan nyiur, coconut atau kambie. Kambie merupakan sejenis tanaman keras pohon berbuah yang sangat mudah tumbuhnya di tanah/ daerah yang beriklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan iklim dingin.
Di semua bagian kambie, mulai dari akar, getah, batang, daun, lidi, buah, sabut, tempurung, air buah, bermanfaat oleh manusia untuk makanan, kesehatan , kecantikan, obat-obatan, perabotan, ukiran dan anyaman sehingga kambie dianggap sebagai tumbuhan multiguna.
Kambie Piaman termasuk tanaman tertua di daerah ini. Rata-rata umurnya lebih dari 50 tahun, masa produktif buahnya mulai berumur 5 tahun sampai dengan 50 tahun, tergantung perawatannya.
Pengembangan tanaman ini, berlaku melalui buah tua yang cukup umur, bibitnya bisa tumbuh di tanah, bisa juga tumbuh di atas tanah.
Nenek moyang kita dulu, cikal kelapa ini digantung di pohon sebelum ditanam, karena anak kambie, cikal kelapa ini tetap tumbuh hidup karena subsidi makanannya tersedia dalam buahnya.
Insha Allah, kambie Piaman bisa tumbuh di Arab Saudi sekedar penghijauan, karena bibitnya dapat hidup beberapa bulan di atas permukaan pasir, menjelang pasokan tanah hitam disubsidi di sekitar rumpunnya.
Normalnya, buah kambie di panen sekali 3 bulan, musuh buahnya adalah tupai dan kera, jika hama tanaman ini tidak ada, tanaman ini bisa menghasilkan 20 buah kambie modang dan kambie tuo.
Dengan proses panen, harga kambie Rp2000 / buah setelah kulitnya dikupas, selanjutnya diproses untuk bisa mendapatkan santannya sebagai kuah gulai, rendang dan bisa juga di jadikan minyak kambie tanak baliak hari (coconut oil).
Andaikata di hargai sabut dan tempurung kelapa untuk diolah jadi bahan komuditi lainnya, minimal satu buah kelapa bisa berharga Rp 2.500/buah. Kecuali dengan kerajinan rakyat Bali, dua keping tempurung kelapa bisa berharga Rp1.000 dan seterusnya tergantung bentuk dan modelnya, dibuat sebagai kancing baju, sendok hiasan, tas sandang ukiran dan lain sebagainya.
Dan, sangat berharga sekali jika tempurung bisa dijadikan bahan bakar, karena tempurung menyimpan dua kalori, kalori pertama dibakar, di jadikan bara tempurung, kalori kedua bara tempurung dijadikan pemasak/pemanas, dan terakhir debu tempurung untuk campuran pupuk buatan.
Apabila diambil jumlah batang kambie di Piamen Laweh pada angka 100.000 batang dengan panennya hanya 20 buah per batang, maka produk komuditi ini berjumlah 2.000.000 buah dengan harga Rp. 2.000, Piaman laweh memperoleh nilai PAD-nya dalam setahun Rp 4.000.000.000 x 4 kali penen adalah Rp 12.000.000.000.
Pendapatan yang sangat prospektif dan menjanjikan dari sektor buah (belum termasuk harga lidi, tempurung dan sabut) kambie alias kelapa atau coconuts.
Kita bangga kepada monyet yang lihai sambil bergoyang, karena jasanya sangat menentukan dalam teknika operasional pengambilan buah kambie. (***)