Heri Firmansyah Tuanku Khalifah bersama jemaahnya di makam Syekh Abdurrauf, Aceh. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Sebagai Khalifah XV Syekh Burhanuddin, Heri Firmansyah Tuanku Khalifah tak pernah sepi dari lingkaran jemaah.
Dari berbagai pelosok daerah di Sumbar, Riau, Jambi sampai Semananjung Malaysia, jemaah sering mendatangi Surau Pondok Ketek, tempat penyimpanan peninggalan Syekh Burhanuddin, sekaligus tempat Heri Firmansyah Tuanku Khalifah menerima dan memimpin jemaah.
Sebaliknya juga berlaku. Tuanku Khalifah kerap pula diminta mengaji ke kampung-kampung jemaah itu. Silaturahmi terjalin antara guru dan murid, berkah pun menaungi alam semesta ini.
Dengan komunikasi yang kuat antara jemaah dan pimpinan itu pula, pertalian Syekh Burhanuddin dengan gurunya Syekh Abdurrauf di Aceh, tak pernah putus.
Tiap sebentar Heri Firmansyah Tuanku Khalifah membawa jemaahnya ke Kuala, Aceh, tempat guru Syekh Burhanuddin itu bermakam.
Ya, ziarah. Mendatangi guru-guru yang sudah almarhum, adalah berkah tersendiri. Merupakan bagian dari memperkuat hubungan batin antara murid dan guru.
Rabu (19/7/2023) Heri Firmansyah Tuanku Khalifah tiba di Aceh. Dia mengangkut 40 orang lebih jemaah asal Kabupaten Dharmasraya, Sumbar dan Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Ziarah sekalian berwisata, tentu sebuah perjalanan yang penuh dengan kenikmatan. Dialog guru dan murid atau jemaah dengan ulamanya, sangat terbuka dan menyenangkan, menghiasi perjalanan panjang ke ujung Pulau Sumatera itu.
Tak mengaji di sana. Tetapi cerita Khalifah keturunan Syekh Abdurrauf ke-7 Tengku Abdul Wahid di hadapan jemaah Heri Firmansyah Tuanku Khalifah ini, memberikan arti penting sebuah pertalian yang tak boleh putus.
Heri Firmansyah Tuanku Khalifah menyerahkan sebuah buku karya Syekh Burhanuddin, Syarh Al Hikam yang sudah diperbaharui cetakannya ke Tengku Abdul Wahid.
Selesai ziarah, jemaah bersama Heri Firmansyah Tuanku Khalifah ini tak menyia-nyiakan waktu. Memanfaatkan waktunya di Aceh, dengan mengunjungi banyak tempat. Pun beribadah di Masjid Baiturrahman Banda Aceh, menjadi perjalanan yang menginspirasi.
Menginspirasi, betapa kekuatan Islam dan peradaban Aceh patut diteladani. Begitu juga inspirasi perjalanan Syekh Burhanuddin dulunya ke Aceh, adalah hal-hal yang patut pula dikembangkan, sehingga ilmu dan kaji yang bersumber dari ulama itu, menjadi pondasi dalam mengarungi hidup dan kehidupan.
Sejarah panjang Syekh Burhanuddin dengan Syekh Abdurrauf ini terakumulasi dalam jemaah Syattariyah, yang hingga kini terus menyebar di tengah masyarakat.
Syattariyah adalah tariqat yang bersambung sanatnya oleh dua ulama besar, Syekh Burhanuddin dan Syekh Abdurrauf. Ajaran inilah yang diperkuat terus oleh Heri Firmansyah Tuanku Khalifah di tengah masyarakat Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman.
Dari Ulakan ini terbangun jaringan masyarakat di luar daerah Sumatera Barat secara luas.
Tentunya, perjalanan ziarah itu bagian dari memperdalam ilmu pengetahuan. Sebab, menuntut ilmu tidak boleh putus. Sejak dari hayunan sampai liang lahat.
Artinya, kematian yang menyebabkan acara menuntut ilmu terhenti. Setidaknya, ziarah Heri Firmansyah Tuanku Khalifah bersama jemaah Dharmasraya dan Kuantan Singingi itu memberikan inspirasi tersendiri buat jemaah lainnya.
Sehingga, hubungan guru murid, ulama dan umat Syattariyah ini terus berkesinambungan sampai akhir masa. (ad/red)