Foto bersama KAHMI Kultural usai bedah buku. (yh) |
Padang, Sigi24.com--- Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kultural mengadakan acara bedah buku nasional yang berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno Narasi Pembebasan ala Indonesia", dengan menghadirkan langsung pengarangnya, Airlangga Pribadi Kusman, pada Senin 24 Juli 2023 di Kota Padang yang dihadiri ratusan peserta. Suksesnya acara tersebut disambut antusias oleh para hadirin.
Founder KAHMI Kultural, dr. Fikri Taufan mengatakan, acara tersebut berangkat dari berkumpulnya dia bersama teman-temannya yang sama-sama hobi membaca buku, sehingga tercetuslah ide mengadakan bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno karangan Airlangga Pribadi Kusman tersebut.
"Buku itu menuliskan tentang pemikiran Bung Karno yang relevan dengan keadaan Indonesia dan tantangan kedepannya maka kita membedah buku ini, agar generasi Z kita ini menjadi lebih tahu lagi tentang pemikiran-pemikiran, yang salah satunya yaitu tentang Soekarno," katanya.
Taufan berharap agar generasi muda yang berhadapan langsung dengan pembangunan Indonesia dapat mendalami makna serta menerapkannya di kehidupan.
"Harapannya semoga spirit-spirit bangga menjadi orang Indonesia itu tetap ada, dan semoga mendalami makna dari buku ini karena ide-ide dari Soekarno yang dituangkan dalam buku ini memang banyak yang relevan sebetulnya," tambahnya.
Sementara itu, pengarang buku "Merahnya Ajaran Bung Karno", Airlangga Pribadi Kusman yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa selain meningkatkan literasi, acara semacam ini juga membawa dampak yang positif seperti dapat bertukar pikiran dengan pandangan dan komentar dari pihak lain yang saling mengayakan.
"Tentunya ini akan memberikan kontribusi bagi penguatan kebangsaan, dan tentunya bagaimana memahami Soekarno dalam konteks gagasan-gagasan dan kekuatan pikiran beliau mulai dari bagaimana ikut melahirkan bangsa ini," jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut, kata Airlangga, buku karangannya ini lahir dilatarbelakangi oleh pembacanya sendiri sebagai seorang penulis terhadap referensi-referensi dan rujukan dari biografi Soekarno, yang dia lihat masih memiliki ruang yang kosong untuknya berkarya.
"Saya masih melihat ruang kosong dimana kemudian saya mencoba untuk memasuki ruang kosong tersebut dengan memberikan ulasan yang kemudian tertuang dalam buku ini," katanya.
Buku tersebut, katanya, mulai ia tulis pada era akhir Covid-19 selama kurang lebih 10 sampai 11 bulan.
"Dari situlah kemudian di produksi di percetakan hingga sekarang ada sekitar delapan kali acara bedah buku seperti ini di beberapa tempat," katanya.
Menurutnya, buku ini sangat relevan dibaca oleh generasi Z seperti sekarang ini, karena generasi Z adalah generasi yang berhadapan langsung dengan masa depan Indonesia di saat ini.
"Dan tentunya kalau kita lihat bahwa upaya untuk memahami atau merumuskan jalan masa depan itu sangat ditentukan oleh pemahaman kita terhadap masa lalu kita, dalam konteks ini saya berusaha untuk menampilkan Bung Karno dengan kekuatan pikirannya, dimana kita memiliki tradisi berfikir yang maju, pada masa lalu," tutupnya. (yh/red)