Akhmad Khambali |
Sigi24.com--Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, kita mesti mengakui bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja, saat ini. Badai besar bisa datang kapan saja dari sektor keuangan.
Banyak yang mungkin masih melihat, kejadian kolapsnya SVB, Silvergate & Signature Bank hanyalah semata soal keuangan, yang akan selesai di sektor keuangan saja.
Tapi kalau ingatan kita bisa ditarik sedikit lebih panjang ke belakang, ke awal tahun 2000 an, maka Global Financial Crisis (GFC) 2008 yang hampir meluluh-lantakan ekonomi dunia itu (bukan cuma sistim keuangan!) berawal dari peristiwa yang dianggap kecil saat itu, yaitu gagal bayarnya 2 investment fund (reksa dana) yang dikelola oleh bank investasi ikonik Wall Street yang sekarang sudah tiada, bear stearns.
Saya masih mengingat jelas saat itu, di pertengahan Juli 2007 ketika membaca hal itu di satu artikel kecil & pendek dan tidak menarik perhatian di halaman depan WSJ. Dan di situ pertama kali saya mengenal termininologi 'sub prime mortgage' yang tak lama kemudian menjadi 'household' name yang dikenal di seluruh dunia dan memicu ledakan beruntun yang membawa dunia masuk dalam GFC 2008.
Karenanya gejolak yang sedang terjadi di sektor keuangan saat ini tidak bisa tidak harus diwaspadai. Karena sejarah mengajarkan bahwa menyebarnya krisis keuangan keluar dari pusat krisis ke tempat lain yang jauh letaknya dapat terjadi begitu cepat.
Bahkan mungkin dapat lebih cepat dari serangan balik yang dilakukan oleh Manchester United melalui kombinasi maut Bruno Fernandes & Marcus Rashford. Dan dalam kaitan ini kita harus memperhatikan dengan cermat langkah-langkah penyelesaian yang saat sedang dijalankan untuk menyelamatkan Bank Credit Suisse (CS), salah satu bank terbesar di Eropa dengan total asset US$ 575 miliar atau hampir setara dengan total asset Lehman Brothers pada saat kolaps.
CS adalah simpul penting dari global financial network yang menghubungkan hampir semua institusi keuangan penting di dunia karena kegiatan bisnisnya yang sangat aktif dan dalam di bisnis wealth management dan investment banking.
Karenanya kejatuhan CS harus dicegah at all cost untuk menghindarkan terjadinya downward spiral yang dapat membawa ekonomi dunia masuk dalam situasi ‘stall’ sehingga dapat berujung pada terhempasnya ekonomi dunia ke bumi seperti pesawat terbang yang kehilangan daya angkat (lift).
Penyelamatan CS ini sendiri harus dapat diselesaikan sebelum market dibuka pada Senin pagi, karena itulah titik krusial keberlanjutan CS. Jika pada hari Senin pagi besok hal ini belum dapat dicapai, maka dapat diperkirakan skenario kejadian apa yang akan terjadi.
Rush oleh nasabah yang minggu lalu mencapai jumlah yang mencengangkan sebesar US$ 10 miliar dollar (Rp140 triliun) perhari akan berlanjut, sehingga dapat mendorong harga saham CS tertekan ke bawah.
Short sellers pun kemudian akan meningkatkan serangannya sehingga harga saham akan makin menukik dalam. Kepanikan di pasar yang membesar mendorong terjadinya rush yang lebih besar. Dan chain reactionnya pun akan terus berputar dengan intensitas yang lebih besar. Dan mungkin sekali hanya dalam hitungan hari CS akan kehilangan kemampuan untuk bertahan hidup.
Skenario penyelamatan CS sendiri saat ini sudah semakin jelas route mapnya. UBS, bank terbesar di Swiss adalah white knight yang sedang disiapkan dengan dukungan penuh dari central bank (Swiss National Bank) dan regulator (FINMA) yang saat ini sedang bekerja keras berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan deal ini sebelum market dibuka hari Senin pagi.
Dari leaked information yang diperoleh kita bisa mengetahui aspek penting dari transaksi penyelamatan ini yang bisa menjadi acuan atau template, terutama bagi otoritas pengatur dan regulator keuangan di dunia, dalam hal menghadapi situasi serupa, yang mudah-mudahan tidak terjadi di masa depan.
Aspek penting pertama adalah kesiapan regulator untuk memberikan special waiver atas beberapa ketentuan atau peraturan untuk memfasilitasi terjadinya deal, dimana ini menyangkut hal-hal seperti time line & mekanisme perubahan kepemilikan saham di CS serta corporate action oleh UBS, serta juga waiver atas ketentuan kecukupan modal minimal bank setelah merger terjadi.
Dan karena CS pada dasarnya adalah gobal bank yang beroperasi di beberapa wilayah yurisdiksi hukum, maka regulator yang dimaksud di sini adalah regulator di Swiss sendiri dan juga di UK serta di USA.
Selain itu dalam skenario penyelamatan bank melalui skema ‘direct’ seperti ini (yang berbeda dengan skema penyelamatan bank melalui lembaga khusus seperti BPPN, KAMCO, Danaharta, FRA Thailand pada saat krisis keuangan 1997 lalu), maka dapat diperkirakan bahwa Bank Sentral Swiss (SNB) telah menyediakan credit line kepada UBS yang terutama diperlukan untuk menghadapi badai rush nasabah CS, yang mungkin masih akan berlangsung setelah deal penyelamatan diselesaikan.
Selain itu ada satu ‘features’ lain di dalam deal ini yang belum pernah terdengar dari deal serupa sebelum ini, bahwa UBS telah meminta kepada pemerintah Swiss dan otoritas keuangan (FINMA) agar dapat diberikan indeminity at all cost atas potensi terjadinya legal dispute yang dapat berujung pada legal cost terkait dengan deal penyelamatan CS ini.
Pada akhirnya hal ini bisa dilihat sebagai solusi yang kreatif dan efektif untuk menghilangkan kekhawatiran UBS untuk masuk ke CS sebagai white knight karena harus mengejar deal closed dalam waktu yang terbatas dan due diligence yang yang tidak menyeluruh.
Saya berhenti sampai di sini dan terima kasih atas perhatiannya.
*Praktisi perbankan dan asuransi, penikmat sholawatan