Salah satu kelompok yang sedang serius merumuskan satu tugas. (ist) |
Padang, Sigi24.com--Hari keempat, Kamis (16/3/2023), pemateri Dr. Saidan. Materinya, kurikulum pesantren. Dan dua materi lagi yang juga diberikan pensiunan Kemenag ini.
Full sehari penuh, tampak ustadz Saidan memang ahli dalam soal ini.
Shalawat bersama yang dipandu oleh rekaman komputernya, di awal masuk kelas terasa sekali, betapa penting shalawat ini terus dikumandangkan.
Selajutnya doa yang cukup fenomenal, sehingga materi terkesan sangat menambah bagi peserta dari utusan pondok pesantren se Sumbar dan Jambi.
Pelatihan manajemen pesantren yang berlangsung sepekan itu diadakan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Padang. Diikuti 30 pesantren di dua wilayah Kementerian Agama provinsi tersebut.
Pesantren dengan berbagai dinamika dan sistem pendidikannya, tentu harus terus ditingkatkan sumberdaya manusia pengelolaannya.
Sebenarnya, potensi untuk berkembang itu sudah ada di lingkungan pesantren itu sendiri. Tinggal kemasan, yang kadang-kadang sebagian pesantren masih cenderung menutup diri, dan tidak terbuka untuk dikembangkan.
Pola pikir seperti demikian yang dibuka BDK ini, agar pesantren mampu bertumbuh dan berkembang sesuai yang disematkan oleh undang-undang pesantren itu sendiri.
Saidan punya pengalaman tersendiri dalam soal kurikulum pesantren ini. Semua kurikulum diberikan kewenangan kepada pesantren terkait, dan tentu pemerintah tidak dalam mengatur pesantren itu. Tetapi, negara hadir untuk langkah terbaik, demi masa depan santri.
Semua jenis pesantren, baik salafiyah, modern maupun Pendidikan Diniyyah Formal (PDF), sudah ada dasar hukum dan acuannya.
Yang perlu dimatangkan itu, ada pola yang dikembangkan itu jelas tujuannya, jelas proses dan kendala serta solusinya.
Di sini, tentu seorang pimpinan dan pengasuh bersama pengurus punya konsep yang jelas, sehingga pesantren mampu jadi tujuan orang untuk masa depan pendidikan anaknya.
Seperti biasa juga, peserta kelas dibagi dalam sejumlah kelompok. Dan masing-masing kelompok diminta membuat konsep, dengan studi kasus pesantren yang ada dalam kelompok itu. Ya, cukup salah satunya yang dijadikan pola untuk dipresentasikan, menjadikan persoalan dalam satu kelompok.
Sebelum masuk kelas, dua kelas peserta tetap memulai waktu pelatihan dengan apel gabungan, dengan pembina apel bergantian tiap paginya.
Apel tentunya bagian dari pelatihan, agar ada jiwa disiplin, dan menerima sedikit amat dari pimpinan apel, yang juga dari peserta.
Ya, belajar orang dewasa. Dari kita, oleh kita, untuk kita juga pada akhirnya. (ad)