Dalimi Abdullah. |
Sigi24.cim---Semakin lama tinggal di Pasaman bersama kakaknya, Marjida, Dalimi Abdullah kian dapat rasa tentunya. Ditambah, sekolah lanjut di PGAP.
Sekolah pagi, pulang sekolah menolong kakak. Mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. Kadang disuruh oleh kakak iparnya, M. Dinar mengerjakan ini dan itu.
Semangat belajar pun tak pernah hilang. Malah tiap terima rapor, Dalimi Abdullah selalu juara, dan bahkan juara umum. Sama sewaktu dia sekolah di kampung dulunya, juga sering juara.
Melihat kepintaran Dalimi Abdullah ini sekolah, kakak dan kakak iparnya tambah sayang. Ditambah, rajin mengaji dan belajar, tak pernah tinggal perintah agama, membuat Dalimi Abdullah semakin disayangi keluarganya itu.
Bagi Dalimi Abdullah, kerja apa saja tidak jadi pantangan. Dia tidak anak manja. Tak ada kerja di kedai, tempat kakak iparnya menjahit, di rumah pun dia tidak sungkan untuk melakukan pekerjaan rumah.
Seperti menyapu, mencuci, sampai ikut memasak nasi di dapur, Dalimi Abdullah dengan sigapnya melakukan itu. Rasa merantau ikut merasuki dirinya, sehingga tak ada waktu luang sepulang sekolah.
Bahkan, pagi-pagi sekali ikut membuka pintu kedai, juga menjadi kesigapannya dalam hidup bersama kakaknya itu. Hebat di sekolah, pintar di rumah. Ini yang pantas kita sematkan ke seorang pelajar Dalimi Abdullah.
Bahkan, kebiasaannya membaca buku dan Quran bisa disertakan sekalian dalam kesibukan bekerja sepulang sekolah itu.
Sejak Dalimi Abdullah sekolah PGAP Salibawan itu, minat membaca tumbuh pula. Begitu pula kesukaan membaca Quran pun meningkat dari sewaktu di kampung.
Membaca kitab suci, seiring bertambah usia, bagi Dalimi Abdullah tidak lagi sekedar bacaan. Tetapi sudah menjadi kebutuhan. Tiada hari tanpa membaca Quran. Sesempit apa pun waktu, barang sejenak dia luangkan untuk membaca Quran yang merupakan kitab yang wajib diimani umat Islam ini.
Ketika kerinduan pada mendiang ayah dan uwai menusuk dirinya, Dalimi Abdullah cepat-cepat berwuduk. Dia ambil Quran, lalu mengaji. Ya, mengaji sekalian menghadiahkan pahala kepada ayah yang sudah meninggal tentunya.
Sampai saat ini, di usianya yang sudah lanjut, membaca Quran menjadi kebutuhan seorang Dalimi Abdullah. Membaca Quran adalah kewajiban, banyak manfaat dan faedahnya. Baginya, membaca Quran adalah makanan jiwa.
Jiwa tenang ketika sudah mengaji. Orang tidak akan pikun di hari tuanya, ketika rajin membaca kitab suci ini. Begitu hebat dan besar manfaat yang didapatkan dari rajin mengaji.
Tentunya, kebiasaan membaca kitab suci itu ditularkan kepada keluarganya, kelak. Semua anak-anaknya harus rajin mengaji, rajin ibadah, jangan tinggalkan perintah agama.
Termasuk kepada semua masyarakat muslim pun dianjurkan untuk membiasakan baca Quran ini.
Menurut Dalimi Abdullah, orang yang tidak membiasakan membaca Quran, laksana sekeping bunga bolai. Melayang-layang kena tipu angin kian kemari, hilir mudik tak tahu arah. Tidak tahu kemana hendak hinggap bunga itu.
Tak terasa waktu berjalan dengan dinamikanya. Gelombang hidup pun bergerak, siang begitu cepat berganti dengan malam. Kini, Dalimi Abdullah pun sudah masuk tahun terakhir di PGAP Salibawan. Sudah jalan empat tahun tinggal dan sekolah di Pasaman. Dan tiba pula saatnya Dalimi Abdullah mengikuti ujian terakhir di Lubuk Sikaping.
Sesuai ketentuan, siswa yang lulus ujian akhir itu boleh melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Atas Negeri (PGAAN) enam tahun di Padang.
Dan memang Dalimi Abdullah anak pintar dan hebat. Buktinya, dengan selalu juara sejak dari SR hingga PGAP, membuat dia lulus ujian akhir, dan berhak melanjutkan ke Padang.
"Dari sekian banyak yang ikut ujian, hanya dua orang lulus dan meneruskan ke Padang, yakni dirinya dan seorang lagi temannya, Yusnil namanya".
Dalimi membayangkan, dengan melanjutkan enam tahun ke PGAAN di Padang, otomatis cita-cita besar ayahnya ketika kecil dulu untuk bisa sekolah ke Canduang dan Padang Panjang, sudah terlampaui.
Dengan lulus ujian akhir itu, kakak dan kakak iparnya pun tambah bersemangat untuk menyekolahkannya ke Padang itu.