Sebuah evakuasi jenazah yang diduga dibunuh. |
Sigi24.com--Akhir-akhir ini, Padang Pariaman dihebohkan oleh berbagai peristiwa kejahatan. Membunuh, dibunuh, perzinahan, bahkan anak disetubuhi oleh mamaknya. Terdengar juga orangtua kandung menghamili anaknya.
Nauzubillah. Ada apa! Apa yang salah dengan daerah ini. Daerah yang kenal dengan istilah adat manurun syarak mandaki.
Terlalu banyak pemikiran, membuat kita kaji bersama, agar ini menjadi peristiwa terakhir hendaknya.
Demi harta pusako, seorang dunsanak berani membunuh dunsanaknya.
Siang hari. Sungguh perbuatan yang amat menyedihkan. Kasihan kita. Begitu entengnya nyawa melayang, dalam rangka mempertahankan harta yang dipunyai secara turun temurun itu.
Apakah dengan ditahannya sang pelaku, menyelesaikan ini?. Duh, sungguh pertaruhan yang amat luar biasa oleh pemimpin di daerah ini. Orang luar, selain Padang Pariaman sungguh terkejut, dan sangat terkejut.
"Piaman jua baru," begitu komentar orang ketika dia sudah membaca postingan berita soal pembunuhan yang terjadi di Padang Pariaman.
Tak berselang lama, terjadi di belahan kampung lain, tapi masih di Padang Pariaman. Sesosok mayat. Anak gagah diduga dibunuh. Ditemukan. Tapi tak ada tahu siapa pembunuhnya.
Kenapa dia dibunuh. Anak "jolong gadang" sudah harus berakhir hidupnya. Memang setiap yang bernyawa akan meninggal, tetapi dibunuh tentu jadi pertanyaan besar yang mesti kita tuntaskan.
Apa sudah tak aman kampung ini? Begitu mudah orang masuk, lalu membunuh orang kampung. Kemana nilai-nilai gotong royong yang ada dalam jiwa masyarakat Minangkabau.
Kemana pemuda kampung yang biasanya rajin dan bergiliran melakukan ronda. Agaknya, keamanan kampung perlu kita tegakkan bersama.
Ronda mengamankan kampung dari berbagai tindakan kejahatan. Awasi orang luar yang masuk, curigai para mereka yang tebilang punya di kampung.
Perkuat pondasi agama, lestarikan adat dan budaya leluhur kita. Budaya yang kuat. Ada rasa, ada sumbang langkah, sumbang penglihatan, dan sumbang perkataan yang mesti dilestarikan, sehingga nagari aman dari jangkauan kejahatan.
Baik kejahatan yang bersumber dari luar nagari maupun dari dalam nagari itu sendiri.
Kadang-kadang kita berpikir, pantas saja bencana datang dan melanda daerah ini. Karena semakin banyak orang berbuat dosa dan maksiat.
Sebab, musibah itu datang akibat dari ulah perbuatan manusia itu sendiri. Manusia sebagai penghuni bumi ini sudah tidak lagi mengindahkan nilai-nilai yang pernah ada dulu.
Berbuat semaunya, sesuai hawa nafsunya. Keinginan hawa nafsu bisa mengalahkan kekuatan akal dan pikiran, manakala pondasi agama kurang atau tidak ada sama sekali.
Apa kurang pengajian di sini? Tidak sama sekali. Di Padang Pariaman terkenal dengan banyak surau dan masjid. Surau tiap sudut kampung, masjid berjarak dekat.
Pengajian tiap pekan dan bahkan tiap waktu bagi masjid yang ada di perkotaan. Bahkan, daerah ini terkenal juga sebagai pencetak ulama.
Pesantren yang menjadikan santrinya ulama hebat, pintar berdakwah, cepat tenarnya, bejibun banyaknya.
Rasanya, daerah ini tidak kekurangan ulama. Tetapi maksiat dan perbuatan kejahatan juga berkembang begitu pesatnya.
Apa ini yang disebut dengan, dimana ada Muhammad di situ ada pula Abu Jahil. Dimana kebaikan banyak, kejahatannya banyak pula?
Tentu perlu kajian kita bersama. Tak cukup hanya bangga dengan banyak surau, banyak masjid, banyak ulama. tetapi tindakan nyata, merubah keadaan.
Membalikan keadaan yang sedang buruk jadi baik. Jadikan status sosial itu pada tempatnya. Bukan untuk gagah-gagahan.