Penyerahan tanah wakaf masyarakat Sungai Kasikan ke Pesantren Madrasatul 'Ulum. (ist) |
Kegiatan tahunan ini diadakan di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum, pesantren yang didirikan mendiang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah dulunya.
Acara diawali dengan zikir dan doa bersama di komplek makam. Zikir setelah Shalat Isya berjemaah ini, juga menjadi bagian dari amalan untuk semua guru besar pesantren ini.
Baik yang bermakam di gobah maupun yang di luar gobah pesantren ini. Usai zikir bersama yang dipimpin Buya Marulis Tuanku Mudo, pimpinan pesantren ini, kegiatan dilanjutkan dengan halaqah.
Mengangkat tema; Pesantren dan paradigma perubahan sosial kemasyarakatan, halaqah menghadirkan tiga narasumber.
Yakni, Buya Marulis Tuanku Mudo, pimpinan pesantren, H. Syafrizal Tuanku Sidi Sati, Kepala Kemenag Padang Pariaman, dan Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, pengasuh Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua.
Sekretaris Yayasan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Feri Novriadi dalam sambutannya menyebutkan, bahwa perkembangan yayasan ini selalu bergantung pada Kementerian Agama.
Pembenahan fisik pesantren, katanya, juga sedang dan terus dilakukan sesuai keadaan dan kondisi pesantren itu sendiri.
"Haul ini diharapkan mampu memberikan yang terbaik pada pendidikan pesantren ini di masa yang akan datang," katanya.
Buya Marulis Tuanku Mudo menyebutkan, bahwa perubahan demi perubahan tatanan sosial, cukup memberi pengaruh pada pendidikan pesantren itu sendiri.
"Dulu, ini nama Surau Kapalo Sawah atau SKS. Pesantren jadi nama perubahan itu, adalah penyeragaman yang datang dari luar Minangkabau," katanya.
Surau, katanya, termasuk kekuatan yang paling berpengaruh dalam membentuk karakter dan kepribadian santri atau orang yang sedang belajar di surau.
Kepala Kemenag Padang Pariaman H. Syafrizal Tuanku Sidi Sati mengatakan, bahwa belajar di pesantren akan menghasilkan untuk banyak hal.
"Banyak yang jadi guru dan dosen, pun tak sedikit yang mendirikan pesantren, serta pekerjaan lainnya," kata Syafrizal.
Dia menyebutkan, bahwa kunci keberhasilan dalam pendidikan, adalah rajin, hormat pada kedua orangtua dan guru.
"Adab lebih tinggi dari ilmu. Artinya, tak akan ada arti ilmu yang tinggi, tapa diiringi dengan adab," ulas dia.
Buya Zainuddin Tuanku Bagindo Basa lebih menekankan pada aspek kepatuhan santri pada guru.
"Berkah hidup dan ilmu sangat bergantung pada kepatuhan dan hormat pada guru," katanya.
"Guru di pesantren bukan orang mengajar langsung kita saja. Tetapi orang seangkatan dengan guru kita, atau lebih senior dari kita, juga bagian dari guru," ulasnya.
Kegiatan halaqah berakhir dengan penyerahan secara simbolis, tanah wakaf atau hibah dari masyarakat Sungai Kasikan, Nagari Tandikek Selatan, Kecamatan Patamuan.
Tanah diwakafkan ke pesantren, dengan ketentuan dikembangkan untuk pendidikan pesantren pula.
Penyerahan itu diterima Buya Marulis Tuanku Mudo dan Sekretaris Yayasan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Feri Novriadi, dan disaksikan Kepala Kemenag Syafrizal serta seluruh alumni dan santri yang hadir malam itu. (ad)