Kepala Kemenag Padang Pariaman H. Syafrizal Tuanku Sidi Sati menerima buku dari pimpinan Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Buya Marulis Tuanku Mudo. (Ist) |
Ya, ada sekitar seratusan keluarga besar Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Kamis (12/1/2023) malam itu menggelar ritual zikir di komplek gobah, persis di belakang bangunan utama pesantren itu.
Haul ke-25 Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang pendiri pesantren ini jatuh pada hari itu.
25 tahun di hitung secara tahun Hijriyah. Tepat tanggal 19 Jumadil Akhir, Buya kelahiran 1908 ini wafat, dan dimakamkan di gobah yang sudah lama disediakan.
Dalam gobah itu Uwai, begitu para santri yang banyak menyapa istri Buya. Dan di komplek itu pula Buya Marzuki Tuanku Labai Nan Basa, dimakamkan.
Sementara, Buya Iskandar Tuanku Mudo, Buya Buchari Rauf, tokoh yang pernah mewarnai perjalanan pesantren ini, tidak bermakam di situ.
Namun, faedah dan lantunan zikir yang dikumandangkan secara bersama itu, teruntuk buat semua guru besar dan ulama yang trah Lubuk Pandan ini.
Tentu amalan zikir bersama itu bagian dari ajaran Buya dulunya. Tuanku Shaliah gelarnya, merupakan cerminan dari kesalehan Buya dalam membangun pesantren ini.
Baik pembangunan fisik apalagi pembangunan akhlakul kharimah, lewat kesalehan, yang dia langsung yang memulainya.
Waktunya banyak untuk belajar dan mengajar, serta beramal. Tak banyak bicara. Sekali bicara, tercermin pelajaran dan hikmah yang dia katakan.
Nama Lubuk Pandan harum, melampaui batas. Kehadiran santri dan santriwati dari berbagai pelosok Minangkabau dan luar Sumbar, adalah berkah dari keteladanan Buya ini menjalankan dunia pendidikan surau.
Pesantren ala surau ini diharapkan terus berjuang dan hadir di tengah globalisasi yang menghimpit dunia ini.
Dan demikian itu jadi pengharapan bersama keluarga besar pesantren yang terletak di Kampung Guci Lubuk Pandan ini.
Makanya, lulusan pesantren ini berkecimpung di berbagai profesi dan pekerjaan.
Banyak yang mengajar di surau yang akhirnya membentuk pesantren pula, atau melanjutkan pesantren yang sudah ada.
Ini tercermin dari kiprah Buya H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi bersama Buya Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, yang mengajar di Surau Pekuburan, Lubuk Pua.
Nama Surau Pekuburan ini meningkat, sesuai kehadiran lembaga pendidikan surau. Menjadi Madrasatul 'Ulum.
Begitu juga Nazwar di Batagak, Kabupaten Agam, juga mendirikan pesantren berbasis sekolah. Jakfar Tuanku Imam diminta mengajar di Darul Ulum Padang Magek, sebuah pesantren yang sudah ada sejak 1940 an.
Di bawahnya, Nazwir, alumni asal Batagak juga berkecimpung di dunia pendidikan. Sudah S-2, PNS yang aktif mengajar di sekolah Kemenag.
Afredison yang diganti namanya oleh Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah dengan Abdurrahman ini, pun sepulang mondok di Lubuk Pandan, aktif membina dan mengajar di pesantren di kampungnya, Koto Baru, Padang Sago.
Alumni yang terpilih jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari PKB ini pada pemilu 2019 ini juga ikut mengurus pesantren Nurul Yaqin Al-Hidayah Sungai Sariak.
Asrizal Malin Sinaro, sebelum jadi anggota DPRD Agam hasil pemilu 2019 dari PKS, juga alumni yang terlibat aktif memimpin jalannya pesantren Ainul Yaqin Batagak.
Amrizal, alumni yang seangkatan dengan Asrizal pun tak kalah hebatnya. Dia mendirikan pesantren di Pekanbaru, Riau.
Pun di PNS jalur struktural, alumni pesantren ini juga tak kalah serunya. Ada yang jadi Ketua Pengadilan Agama. Ini adalah berkah dari keterkenalan Buya dulunya dalam kemahiran kajian fiqh tentunya.
Nurmaisal, alumni Madrasatul 'Ulum asal Kabupaten Solok kini jadi Ketua Pengadilan Agama Tanah Datar.
Trah Kepala KUA pun tak ketinggalan. Kini ada Kasmir, alumni asal Solok. Mengaji dan sekolah dulunya, membuat dia berhasil jadi PNS di lingkungan Kemenag, dan kini jadi Kepala KUA Lubuk Alung, setelah sebelumnya menjabat di berbagai kecamatan di Padang Pariaman.
Sebelum Kasmir, ada Ali Duar. Alumni asal Sungai Geringging, dan terakhir dia menjabat sebagai Kepala KUA Kecamatan IV Koto Aur Malintang.
Dan sebelum itu, adalah mendiang Buya Iskandar Tuanku Mudo. Pimpinan Madrasatul 'Ulum yang pernah jadi Kepala KUA Nan Sabaris.
Yang jadi dosen adalah trah alumni yang dimulai oleh mendiang Buya Buchari Rauf. Dia dosen di IAIN Imam Bonjol, sambil juga aktif di dunia politik.
Jejak ini terus bersua hingga kini. Hadir sekarang, Hanton, alumni asal Batagak yang baru saja menyelesaikan pendidikan doktoralnya, aktif mengajar di IAIN Bukittinggi. (ad)