Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Pentingnya Menyebarkan Virus Menulis di Kalangan Santri

Kami ngopi di Metro Kebayoran, Cipulir. (ist)

Jakarta, Sigi24.com--Tidak lama, tapi pertemuan kami terasa mengesankan. Sambil menikmati segelas kopi di bilangan Metro Kebayoran, Cipulir tak terasa Magrib pun menjelang.

Itu kesannya, pertemuan saya dengan sahabat Dr. Ridwan Arif, dosen di Universitas Paramadina, Sabtu (10/12/2022). Untung teman dari kampung Ikhlas Darma Murya cepat tiba, sehingga duduk sambil ngopi kami bisa diabadikan.

Ketua Alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Kampung Paneh, Pakandangan ini adalah sahabat yang sempat berjuang sebentar di PKB, dan kini meski tinggal di ibu kota negara, dia tetap pengurus NU di Padang Pariaman.

Ridwan Arif Tuanku Bandaro ini terkenal sebagai dosen terbaik di Paramadina. Saya salut, buku yang ditulisnya tentang Syekh Abdurrauf diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

Saat ini dia sedang menulis buku Syekh Syamsuddin, ulama besar di Aceh. Dan katanya, buku Syekh Abdurrauf sedang dalam proses terbit dalam bahasa Inggris di Malaysia.

Pertemuan sebentar itu, kami diskusi minim dan tidak adanya karya tulis ulama besar kampung kita Padang Pariaman. Ini yang membuat dia merasa terusik tentunya untuk mengetahui lebih dalamnya.

Saya juga demikian. Meskipun Tuanku Shaliah Kiramaik Sungai Sariak banyak ditulis, tapi masih dalam sejumlah portal.

Bukunya, sama sekali belum ada. Ridwan Arif ingin pindah mengajar di Padang. "Mari kita kerjasama nanti membuat dan mencari cerita dan kisah ulama besar dan hebat Padang Pariaman," ajak saya.

Menurut saya, ini tanggungjawab moral kita sebagai orang yang sedang dalam dunia tulis menulis, dari alumni pesantren. Sepertinya Ridwan Arif setuju untuk itu.

Bahwa di Padang Pariaman tempat banyak ulama besar dulunya, jangan hanya sekedar cerita dari mulut ke mulut. Begitu pula pesantren besar yang kini nyaris hilang dari peredaran, tentu bagian yang patut ditulis sejarahnya.

Ridwan Arif merasakan, betapa mudah dia menemukan catatan tertulis tentang ulama di Malaysia. Sementara, di negara dia, dan Sumatera Barat khususnya termasuk susah mendapatkan itu.

Saya mengajak Ridwan Arif ikut bersama-sama menyebarkan virus menulis ini di kalangan santri.

Ya, santri Padang Pariaman. Kini, jumlah santri di daerah ini kian banyak. Pesantren yang mencetak ulama dan tuanku terus eksis, namun tak banyak yang menulis.

Mungkin kami sama-sama hobi membaca dan menulis, dan sama-sama alumni pesantren, sehingga diskusi sebentar itu bisa nyambung dan insya Allah bisa dikembangkan nantinya.

Santri dalam mengaji tak diajarkan untuk membawa buku catatan. Itu dari dulu, dan mungkin berlanjut hingga saat sekarang. 

Ini kekurangan yang mesti diperbaiki. Apalagi ingatan pikiran tak bisa tahan lama. Perlu diabadikan lewat catatan tertulis, materi pelajaran dari guru. (ad)






Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies