Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sebuah Refleksi: Kampus, Surau dan Lapau sebagai Wadah Akselerasi Kader HMI Cabang Pariaman Oleh : Yudi Hernandez

Sigi24.com--Kampus merupakan tempat kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan. Miniaturnya masyarakat dengan berbagai macam latar belakang, ras, agama, pemikiran, ideologi berkumpul dalam satu wadah. 

Walaupun kompleksnya tidak seperti masyarakat, namun cerminan masa depan masyarakat bisa dilihat dari kondisi kampus. Kampus sebagai tempat perkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah tempat di mana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus sehingga ketika lulus ia siap mewarnai kehidupan masyarakat.

Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern memiliki makna bahwa kampus sebagai titik sentral lahirnya ide gagasan. Dalam konteks tersebut mahasiswa akan menentukan arah perjalanan bangsa. Mahasiswa sebagai sumber mata air gagasan dapat mengalirkan pemikirannya untuk bergerak sehingga dapat menghidupkan gairah serta vitalitas pembangunan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pariaman sebagai salah satu wadah Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda (OKP) yang ada di Pariaman berbeda dengan beberapa HMI cabang lain di Sumatera Barat karena wilayah kerjanya mencakup dua daerah yaitu Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Sejak berdirinya sampai saat ini HMI telah masuk ke beberapa kampus yang ada.

HMI di tingkat kampus bernama Komisariat. Komisariat merupakan perpanjangan tangan dari cabang di tingkat jurusan atau fakultas bahkan kampus dalam menjalankan roda organisasinya. Komisariat HMI di Kota Pariaman sudah ada di beberapa kampus, yaitu Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Nusantara Mandiri (STIA BNM), Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin (STIT YICSB), Komisariat Universitas Sumatera Barat (Unisbar), dan persiapan Komisariat Insitutut Agama Islam (IAI) Pariaman. Kemudian komisariat HMI yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, seperti Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan Yayasan Dharma Bakti (STKIP YDB) Lubuk Alung dan STKIP Nasional di Kecamatan Nan Sabaris.

HMI sebagai organisasi ekstra kampus berfungsi sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas mahasiswa. Kualitas itu terlihat baik di kampus maupun di tengah-tengah masyarakat

Kehidupan kampus tidak bisa dilepaskan dari kehidupan surau. Surau di Piaman (Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman) tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah tetapi sudah menjadi multifungsi untuk kegiatan masyarakat. Mulai dari pertemuan, memperingati hari-hari bersejarah dan kegiatan sosial lainnya. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah suarau dijadikan tempat kegiatan yang bersifat edukasi bagi generasi muda.

Mengingat sejarah masa lalu Sumatera Barat banyak melahirkan tokoh nasional bahkan internasional. Sebut saja di antaranya adalah Mohammad Hatta, H. Agus Salim, Sutan Sjahrir, Hamka, M. Yamin dan lain sebagainya. Jika ditelaah lebih dalam, kehidupan para tokoh tersebut sangat dekat dengan surau, artinya surau memiliki andil besar dalam mencetak tokoh-tokoh besar yang memiliki kepribadian kuat, kemampuan nalar dan analisis tajam terhadap dinamika kehidupan bermasyarakat.

Surau dijadikan tempat belajar agama, adat, kesenian dan kegiatan lain sebagainya. Yang rajin belajar mengaji dan menekuni agama akan menjadi pemuka agama, seperti Buya Hamka. Yang belajar adat, kesenian dan budaya akan menjadi budayawan, seperti Chairil Anwar dan budayawan tersohor lainnya. Produk tempaan surau telah membuktikan dapat melahirkan tokoh-tokoh besar di negeri ini.

Kader HMI Cabang Pariaman yang berasal dari kampus Islam, seperti IAI dan STIT cukup banyak yang bergelar Tuanku. Gelar Tuanku yang didapatkan dari mengaji di pesantren yang ada di Piaman. Pesantren tersebut seperti Pesantren Nurul Yakin Ringan-Ringan, Ambung Kapur dan lain sebagainya. Beberapa kader HMI di Piaman tersebut sembari berkuliah juga mengaji dan mengajar di surau. Menjadi imam sholat lima waktu dan sholat sunnah lainnya untuk masyarakat di sekitar surau yang ditempati.

Di Piaman, surau tidak bisa dilepaskan dari lapau. Lapau sering dijadikan tempat untuk memperbincangkan segala hal mulai dari masalah politik, ekonomi budaya dan lain sebagainya. Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari lapau. Lapau sebagai tempat ekspresi kebebasan berfikir dan berpendapat. Kebebasan berfikir dan berpendapat di berbagai daerah memiliki khasnya masing-masing. Di Piaman tempat penyampaian ekspresi kebebasan berpendapat dilakukan di lapau.

Lapau sebagai media berbagi informasi dan komunikasi masyarakat. Media informasi dan komunikasi adalah tempat mendapatkan berbagai informasi dan mengkomunikasikan informasi secara langsung. Di lapau komunikasi dilakukan secara langsung sehingga apa yang didiskusikan jelas. Lapau sebagai wahana pelestarian nilai-nilai budaya di Piaman. Melestarikan makanan minuman khas Piaman, seperti Teh Talua, Mangkuak, Godok Batinta dan lain sebagainya. 

Kader HMI Cabang Pariaman menjadikan kampus, surau dan lapau sebagai wadah akselerasi untuk proses penempaan diri. HMI dengan profilnya muslim, intelektual serta profesional selaras dengan wadah yang di Piaman. Kampus sebagai wadah proses peningkatan kecerdasan intelektual, surau untuk peningkatan kecerdasan spiritual dan lapau sebagai wadah peningkatan kecerdasan emosional. Orang Piaman yang berkuliah di Pariaman dan berorganisasi memiliki peluang lebih dari orang Piaman yang berkuliah di luar daerah. Mengapa demikian? Karena seluruh instrumen dalam pengembangan diri didapatkannya. Ilmu yang didapatkannya di bangku perkuliahannya dapat diimplementasikan langsung di tengah masyarakat.

Begitupun surau yang dijadikan tempat belajar diskursus adat dan dialektika pemikiran oleh kader HMI di Piaman. Seperti ungkapan petatah petitih di Minangkabau "Basilek di ujuang lidah, malangkah ka pangka karih, maniti di mato pedang".  Artinya awal sebuah persoalan, sebelum keris dicabut dan pedang dihunuskan, bersilat kata-kata terlebih dahulu. Maksud dari pepapat tersebut adalah dahulukan penyelesaian masalah melalui musyawarah dan mufakat.

Di Minangkabau khususnya di Piaman, menyebut seni berbicara dengan sebutan silek kato. Problematika yang terjadi di tengah masyarakat dikaji dan diperdebatkan untuk mencapai solusi yang disepakati bersama. Di sini peran lapau sebagai tempat bagi masyarakat Piaman untuk berpendapat, berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai berbagai persoalan.

Dalam membahas berbagai isu, sering terjadi perdebatan dalam menyampaikan pandangan melalui berbagai macam perspektif, seperti adat, agama, politik, sosial dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui budaya Minang khususnya Piaman lekat dengan petatah petitih yang bernilai seni retorika, satire, dan pikiran yang merupakan pengakumulasian pengetahuan lokal yang unik. Bagaimana berbicara dengan membentuk metafora dan kias dalam berdiskusi, berpendapat dan berdebat melalui wadah yang ada dalam upaya untuk menjaga tradisi.

Kampus, surau dan lapau adalah tiga entitas yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian aktivitas kader HMI Cabang Pariaman di Piaman. Ketiga entitas ini menjadi penunjang pengembangan karakter dan intelektual kader HMI Pariaman.

*Ketua Umum HMI Cabang Pariaman Periode 2022-2023

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies