Sebagian peserta foto bersama dengan Wakidul Kohar usai pelatihan. (ist) |
Pelatihan selama tiga hari itu diadakan Biro Kesra Setdaprov Sumbar, lewat pokok pikiran anggota DPRD dari PKS Muhammad Ridwan.
Wakil Dekan Fakultas Dakwah UIN Imam Bonjol Padang ini menyajikan materi kedua tersebut dengan menyejukkan, dan banyak dengan diskusi, serta sesekali juga diselingi gurauan.
Ada khatib yang disukai jemaah dan juga ada tidak disukai jemaah. Untuk dua soal masalah ini, Wakidul Kohar sengaja mengorek informasinya lewat peserta. Tentu sesuai lingkungan serta pengalaman peserta itu sendiri yang jadi khatib di daerahnya.
"Penghargaan terhadap khatib, tidak tergantung panjang atau pendeknya khutbah yang disampaikan," seloroh dia.
Artinya, ulas Wakidul Kohar, mau khutbah 17 menit atau 30 menit, isi amplopnya tak berpengaruh. Sebab, itu sudah diset oleh pengurus sebelum Jumat.
Wakidul Kohar ingin para khatib yang ikut pelatihan hari, melakukan pengayaan, baik dari segi materi khutbah maupun gaya dan intonasi menyampaikannya.
Menyesuaikan khutbah itu dengan tuntutan syariat, dan yang tak kalah penting jemaah merasa senang dan menyenangi apa yang disampaikan khatib.
"Boleh jadi materi khutbah itu terkait persoalan yang viral, yang sedang ramai di tengah masyarakat dan menyinggung banyak orang, tetapi intonasi penyajiannya membuat masyarakat jemaah tidak tersinggung," ulas dia.
Dalam sesi ini juga diselingi dengan games untuk mengungkapkan mata peserta yang mulai ngantuk, karena memang siang jelang sore itu banyak waktunya untuk istirahat.
Panitia bersama peserta lebih antusias, karena adengan permainan membuat mata terbuka, dan semangat yang mulai kendor, kembali tersingkap. (ad)