Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Membaca dan Menulis Termasuk Perintah Agama

Sigi24.com--Tiba-tiba seorang peserta yang juga host dalam webinar itu bertanya cara menumbuhkan dan menghadirkan motivasi dalam diri untuk bisa memulai menulis.

Nah, tentu sebuah pertanyaan yang menggelitik dan menantang saya selaku narasumber dalam webinar spesial yang diadakan Ikatan Mahasiswa Pesantren Nurul Yaqin (IMPNY) Kota Padang, Kamis (1/9/2022) malam.

Artinya, saya menyimpulkan betapa semangat untuk menulis dari peserta yang mayoritas alumni pesantren yang sedang mahasiswa ini cukup tinggi.

"Menulis adalah budayanya santri. Tapi itu dulu. Sekarang, budaya itu mulai hilang, dan beralih ke budaya tutur," kata saya.

Ulama dan santri dulu, pada umumnya melahirkan karya tulis berupa buku dan kitab, yang sampai sekarang kitabnya itu jadi pelajaran pokok para santri di pesantren.

Tak ada ulama dulu yang tidak punya karya tulis. Sekarang, kondisi yang terjadi saat ini harus dijadikan motivasi oleh santri saat ini untuk bisa menulis pula.

"Orang dulu dengan serba keterbatasan, mampu melahirkan karya besar, dan karya tulisnya itu kita nikmati saat ini. Sekarang, sudah serba mudah dan murah, kok tak bisa bisa kita membuat karya tulis," tanya saya memotivasi para mahasiswa tersebut.

Menulis, tak butuh waktu dan ruangan khusus. Yang paling penting adalah kemauan dan keinginan untuk menulis. Sehebat apapun pelatihan penulisan kita ikuti, tapi keinginan untuk menulis tak timbul, jangan harap akan lahir karya tulis.

Jadi, menulis itu yang paling utama keinginan. Lahirkan keinginan, buat tulisan sesuai pikiran kita. Ada banyak jenis tulisan dalam media itu.

Ada berita, laporan, feature, opini atau artikel, cerita bersambung. Tergantung apa jenis tulisan yang menjadi keinginan kita untuk menulisnya.

Menulis bagian dari budaya mengembangkan literasi. Dengan menulis, dakwah yang kita lakukan berjalan secara berkesinambungan.

Menulis dibilang mudah, sulit. Tapi dibilang sulit, menulis itu amatlah mudah. Dan kalau sudah dapat candunya, menulis akan jadi kebiasaan.

Makanya, orang yang rajin menulis itu memakai motto, bila aku menulis, maka aku ada. Artinya, dia selalu hadir dan ada di setiap momen lewat karya tulisnya.

Apakah lewat status di media sosial yang selalu update setiap menit, maupun tulisan ulasan kegiatan yang diikutinya setiap momen.

Paling penting itu, bagaimana membuat sebuah karya tulisan. Kalau tulisan sudah ada, terbit dan beredarnya sangat mudah, lebih mudah pula dari membuat tulisan itu.

Rajin membaca, akan melahirkan motivasi bisa menulis. Baca buku karya santri, agar bisa menambah motivasi kita untuk bisa pula menulis dan melahirkan karya yang lebih hebat pula.

Membaca dan menulis termasuk perintah agama. Berpedoman pada ayat pertama turun, Iqra', maka terselip perintah membaca dan menulis di situ.

Untuk meraih kesuksesan, membaca dan menulis menjadi penopang utamanya. Nah, berangkat dari itu semua, mari kita kembalikan budaya menulis itu terpatri dalam diri santri. (ad)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies