Sigi24.com--Malam tahun baru 2004, kru Media Sumbar beracara di Danau Kembar, Kabupaten Solok. Pengembangan objek wisata ini masih baru, dan berlangsung saat Gamawan Fauzi akan mengakhiri dua periode Bupati Solok.
Saya yang wartawan daerah, ikut dalam rombongan yang dipimpin langsung Pak Infai. Di sana juga ada banyak kelompok masyarakat yang merayakan tahun baru dengan berbagai kegiatan.
Yang paling berkesan bagi saya, adalah kegiatan diskusi dengan Bupati Solok Gamawan Fauzi, pagi tanggal satu Januari itu.
Waktu khusus disediakan Gamawan Fauzi yang sehabis itu langsung terpilih jadi Gubernur Sumbar. Diskusi sangat terbuka, Gamawan Fauzi pun bersemangat bercerita perjalanan panjangnya memimpin daerah dua periode.
Lebih dari dua jam pertemuan di penginapan Gamawan Fauzi bersama keluarganya itu, kami pun menyimpulkan bahwa inilah tokoh yang akan jadi Gubernur Sumbar itu.
Lalu, masih dalam suasana tahun baru, kru Media Sumbar pun bertamu ke rumah mendiang Fakhri Iriano Mukhtar Datuak Nan Sati, kepala perwakilan Media Sumbar Kabupaten Solok.
Rumahnya dekat Pasar Alahan Panjang, tak jauh dari Danau Kembar. Kami dari Danau Kembar berjalan kaki saja ke rumahnya.
Begitu cara Media Sumbar memupuk kebersamaan. Silaturahmi apa adanya. Yang penting, karena kita sudah ada di daerah itu, kita bertamu ke rumahnya.
Dan momen jalan-jalan hampir ada tiap tahunnya. Sebelum acara di Solok, ada pula keliling Sumbar dengan Bus PT Semen Padang, dan saya selalu ikut kegiatan, yang rombongannya dominan kawan dari Padang.
Berwisata sambil juga silaturahmi ke rumah wartawan daerah. Singgah di rumah Yusrizal, wartawan di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, tiba di rumah Idra Putri di Lintau Buo, Tanah Datar.
Intinya, budaya kebersamaan dan silaturahmi sangat tinggi saya rasakan di Media Sumbar. Meskipun saya tak lagi di media ini sejak 2005, komunikasi saya dengan Pak Infai dan kawan lainnya cukup terbangun dengan baik.
Kenangan indah saya berduet dengan mendiang Yusfik Helmi Datuak Yang Sati di Media Sumbar amat luar biasa. Saat saya di redaksi, jelang Subuh kami berkeliling Kota Padang, mendatangi percetakan koran Singgalang, Padang Ekspres.
Saya pernah bermalam di rumahnya. Begitu dekatnya hubungan persaudaraan yang tumbuh akibat media ini. Meskipun saya dari NU, Buya Yusfik dari Muhammadiyah, diskusi kami selalu renyah dan bikin kawan sering gelak ngakak, ketika kami cerita lucu soal dua ormas Islam tersebut.
Tiga tahun di Media Sumbar itu, sangat luar biasa sekali ilmu jurnalistik saya. Terasa perkembangan dan peningkatan yang amat luar biasa.
Bimbingan tidak langsung yang saya dapatkan itu, membuat saya tertantang. Hampir setiap ke Padang, saya beli buku di Gramedia dan Sari Anggrek.
Perkembangan dunia jurnalis saya terasa meningkat, dan terus ingin belajar dan belajar. Membaca dan beli buku pun tumbuh dengan sangat kencangnya.
Tak terasa, tompo waktu sekian tahun itu, sudah ratusan buku yang saya beli di Padang. Saya merasakan, semakin banyak membaca, akan semakin banyak pula melahirkan karya tulis lewat profesi wartawan.
Dua hari menjelang saya masuk Harian Singgalang, setelah keluar dari Publik, tahun 2008 akhir, saya telpon Pak Infai, minta masukan dan rekomendasi.
Pak Infai bersemangat, untuk masa depan pekerjaaan saya untuk bergabung di koran itu. Saya terharu, begitu Pak Infai memberikan sentuhan pelajaran yang amat sangat luar biasa.
Dan lagi, ketika saya datang ke Singgalang mengantarkan lamaran, diterima Redaktur Pelaksana Syamsoedarman, tak banyak yang dibicarakan.
Saya langsung disuruh kerja di daerah, Piaman. Saya tahu Pak Infai sudah mengontak Khairul Jasmi, Pemred Singgalang sebelumnya.
Hanya satu pesan Pak Syam, dengan kehadiran saya di Singgalang Piaman, pekerjaan yang berat yang dirasakan kawan di sana harus jadi ringan.
Hari ini, Media Sumbar berulang tahun. Ulang tahun yang ke-20. Usia yang tumbuh remaja, dan sebentar lagi dewasa. Tentu kebersamaan yang hadir dulunya ini menjadi modal yang kuat untuk membangkitkan kehadiran media ini kembali secara online, yang sudah hadir tapi masih belum maksimal. (ad)
