Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Datuak Sinaro Panjang Dilewakan dalam Balutan Adat dan Budaya

Anggota DPRD Padang Pariaman Zul Efendi foto dengan Armontoni Datuak Sinaro Panjang. (ist)

Aur Malintang, Sigi24.com---Nyanyian lewat gadang tasa yang sedikit dimodivikasi itu membuat alek batagak gala Armontoni Datuak Sinaro Panjang terkesan meriah, dan jadi tontonan menarik, Senin (5/9/2022) di Batu Caluang, Nagari III Koto Aur Malintang Selatan.

Para tamu yang hadir ikut terbawa arus, bergoyang sambil duduk santai di ruangan tamu yang berdekatan dengan tampilan kesenian tambua tasa tersebut.

Campur. Pemainnya ada yang tua, laki-laki dan perempuan, serta ada juga dari kalangan anak muda. Tentu kesenian itu produk sebuah kelompok masyarakat kampung itu.

Alunan musik yang diiringi dengan tambua tasa, semakin leluasa penyanyinya membawakan segala macam jenis lagu, sesuai keinginannya, dan terasa pula oleh tamu dan undangan yang hadir.

Sebagai orang yang didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, Armontoni sepertinya ingin helat itu meriah dan sukses. Tak heran, dua hari dua malam diramaikan panggung tempat gelar Datuak Sinaro Panjang itu dilewakan.

Camat IV Koto Aur Malintang Mirwan Karni dan rombongan foto dengan Armontoni Datuak Sinaro Panjang sebelum dilewakan. (ist)

Malam pertama, Ahad diadakan kesenian indang. Ya, tarian dan nyanyian yang dimainkan secara bersama sambil duduk bersila. Tiga sanding indangnya, tentu membuat penonton merasa puas.

Indang, terkenal dengan khas kesenian Minangkabau yang ada di Piaman. Indang ini merupakan warisan lama, yang terus lestari sesuai perkembangan zaman.

Sudah banyak melahirkan tokoh legendaris. Indang Sungai Geringging termasuk yang legendaris, masuk dapur rekaman.

Semalaman indang itu tampil secara bergantian, membuat penontonnya bertahan. Apalagi tukang dikie dan tukang aliahnya lihai pula bersilat lidah, bertanya dan menggelitik kelompo indang lainnya untuk berinovasi pula dalam tampilan berikutnya.

Menurut silang sapangka, tampilan indang dilakukan dua malam. Ahad dan Senin malam. Dan siang Ahad dan Senin itu, tampilan irama tambua tasa, dan puncak adat dengan hadirnya para datuak dan pangulu salingka nagari dalam acara itu.

Banyak kiriman doa dan ucapan selamat, membuat Kaum Suku Chaniago Batu Caluang, Kabupaten Padang Pariaman terasa baralek gadang.

Kebesaran Datuak Sinaro Panjang yang kini disandang Armontoni, tentu kembali hadir di tengah penguatan adat salingka nagari. Armontoni yang dulunya Panungkek Datuak Sinaro Panjang, kini sudah bisa duduk sama rendah, tegak sama tinggi dengan pangulu lainnya dalam nagari itu.

Warih bajawek, pusako batarimo. Adat salingka nagari, pusako salingka kaum. Memancung tak sekali putus, mengaut tak sekali kemas.

Tentu, dukungan dan harapan dari banyak kaum dan dunsanak kaum Suku Chaniago di ranah dan di rantau menjadi sumber kekuatan tersendiri oleh Armontoni, mantan Sekretaris Nagari Aur Malintang Selatan ini dalam membangun masyarakatnya.

Dukungan itu bersuluh bak matahari, bergelanggang mata rang banyak. Dibunyikan langsung oleh panitia.

"Ajo Pudin, jamba ciek, pitih seratus ribu," bunyi suara panitia lewat pengeras suara. Artinya, kebesaran dan kekuatan Datuak Sinaro Panjang betul-betul jadi dambaan dan keinginan banyak orang dalam nagari itu.

Hampir semua tokoh masyarakat, ranah dan rantau mendukung penuh helat batagak gala Armontoni. Yang duduk di dewan, Zul Efendi juga tak ketinggalan.

Begitu pula dukungan dari tokoh masyarakat Aur Malintang yang duduk di jajaran pemerintahan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. 

Begitu benar kebersamaan terlihat dalam kegiatan batagak gala. Deretan kaum bondo kanduang yang menjujung jamba untuk dimakan dalam panggung adat, menjadi pemandangan menarik, Senin siang menjelang sore.

Sehabis Zuhur menjelang petang, para niniak mamak dan pangulu yang patut dan yang mungkin, datang dan duduk pada tempat yang sudah disediakan.

Didudukan oleh janang, membuat aturan duduk kaum adat tepat pada tempatnya. Meskipun seorang pangulu itu berusia muda, tapi gelar adatnya besar, dia pun harus duduk di puncak.

Namun, jangan tentu minta maaf kepada semua pangulu terhadap kedudukan yang sudah dibuatnya itu.

Bersamaan dengan dilewakannya gelar Datuk Sinaro Panjang ke Armontoni, pada waktu bersamaan juga dituahkan empat orang kapalo mudonya, seorang urang tuo, seorang labai. (ad)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies