Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Catatan 20 Tahun Media Sumbar, Anggota Muda yang Jadi Pemegang Mandat dan Pengurus Harian PWI

Sigi24.com--Media Sumbar berusia 20 tahun. Lahir 2 September 2002, koran mingguan ini merupakan perubahan nama dari Media Nusantara, yang pertama terbit berkantor di komplek GOR Agus Salim, Padang.

Saya termasuk orang pertama yang ikut bergabung di koran ini, sebagai wartawan daerah Piaman. Berdua dengan Netti Herawati, media ini cukup memberikan kontribusi yang amat luar biasa dalam ilmu kepenulisan saya.

Tentu, faktor itu tak terlepas dari peran besar mendiang Fadril Aziz Isnaini Infai, pemimpin redaksi yang senang diajak berkawan oleh keluarga besar Media Sumbar kala itu.

Media Sumbar yang berkantor di rumah H. Rizal Ramon, Jalan Terandam III, Padang telah berhasil membentuk wartawan yang banyak. Saya merasakan itu. 

Dari awal sampai tahun 2005, saya tiap pekan ke kantor. Menulis berita di kantor, sekalian belajar langsung tentunya dari Pak Infai.

Saya dikasih satu halaman tanggungjawab berita daerah Piaman dalam Media Sumbar itu, seiring pemasaran koran yang kian banyak di daerah saya.

Oleh Pak Infai, saya pun diberi leluasa untuk mengembangkan halaman itu. Maka dibuatkan saya rubrik "Ota Lapau" di sudut bawah halaman itu.

Rubrik itulah yang saya isi tiap terbit, sesuai pemikiran saya dalam menyikapi berbagai hal di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Sayang, karena keterbatasan, media ini tak rutin terbit, dan saya pamit dan diminta menjadi wartawan Tabloid Publik.

Media Sumbar saya rasakan telah berhasil membentuk saya. Buktinya, ketika saya gabung dengan Publik, Datuak Radjo Djohan langsung menyuruh saya kerja.

Tidak tes dan segala macamnya. "Kalau sudah dari Infai, saya yakin Damanhuri sudah bisa," kata dia saat bertemu di kantor Publik.

Dari Media Sumbar pula saya disuruh gabung ke PWI oleh Pak Infai. Tes dan ujian keanggotaan PWI pertama kali saya ikuti di Diklat Kemenag tahun 2002 itu, dan Alhamdulillah lulus.

Ikut MTQ PWI Sumbar, juga saat saya di media ini. Rasa kebersamaan dan persaudaraan terasa kental dan kuat di Media Sumbar ini.

Menikmati kesenangan bersama, kesusahan pun demikian. Tiap pekan itu dua malam saya tidur di kantor. Menghabiskan waktu belajar komputer, sekalian main games tentunya.

Main domino setelah selesai mengetik berita, jangan ditanya. Kadang sampai main alit, pakai kalah dan menang. Sambil juga ketawa ngakak ulah gurauan sebagian teman dari daerah lain.

Sesekali juga diajak kawan di Padang untuk ceramah. Saya daram saja. Mumpung sedang di Padang. Ya, cemarah sambil takziyah waktu itu.

Setiap saya akan ke Padang dari Piaman, Pak Infai selalu mengingatkan saya untuk tidak lupa bawa telor itik.

"Jan lupo talue, tuanku," tulis dia di SMS. "Siap, Pak," jawab saya.

Tiba saya di Terandam, sore menjelang. Malam saya langsung berkutat di komputer, membuat berita sehalaman penuh.

Di Media Sumbar pula saya pertama kali ikut pelatihan jurnalistik. Meskipun sudah jadi wartawan, pelatihan jurnalistik ini penting untuk diikuti.

Dan saya termasuk wartawan yang gemar dan sering mengikuti pelatihan jurnalistik ini, sejak pertama kali pelatihan jurnalistik Media Sumbar tersebut.

Banyak pelatihan jurnalistik yang saya ikut setelah itu. Ada pelatihan jurnalistik Pemuda Panca Marga, Karya Latihan Wartawan Sumbar, Diklat Kehumasan dan Jurnalistik PKB, dan pelatihan lainnya.

Dari Pak Infai dan Media Sumbar inilah saya banyak belajar dan mengembangkan ilmu jurnalistik, kewartawanan dan ke-PWI-an. Sungguh sebuah ilmu yang bermanfaat yang ditinggalkan Pak Infai dalam masa depan pribadi masing-masing wartawan di media itu dulunya.

Sampai saya dipercaya memegang mandat PWI Padang Pariaman tahun 2006, adalah rekomendasi Pak Infai.

Ceritanya, tahun 2006 itu pengurus PWI Padang Pariaman sudah habis masa kepengurusannya sejak 2005. Saya tahun itu masih anggota muda PWI Sumbar.

Pak Infai, Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Sumbar minta tolong saya membawa surat undangan rapat untuk seluruh anggota dan pengurus PWI Padang Pariaman.

Termasuk saya juga diundang dalam rapat itu. Ketua PWI Padang Pariaman mendiang Ahsin Sulaiman tak hadir dalam rapat itu. Begitu juga Sekretaris Indra Sakti juga tidak hadir.

Yang hadir dalam rapat itu, saya, Amiruddin dan Nasrun Jon. Oleh PWI Sumbar rapat dilanjutkan, dengan mengeluarkan surat keputusan mandat PWI.

Saya disepakati untuk memegang mandat itu. Tugasnya, membentuk panitia konferensi sekaligus jadi ketua panitia konferensi yang tertunda tersebut.

Mandat langsung diberikan hari itu, dan dua hari setelah rapat di sosialisasikan di kalangan anggota dan pengurus PWI Padang Pariaman.

Sosialisasi sekalian melengkapi kepanitian konferensi. Pak Infai hadir dan ikut memberikan masukan tentunya, terkait waktu yang diberikan ke saya untuk pelaksanaan pergantian pengurus PWI.

Konferensi PWI sukses, Ketua Umum PWI Pusat Tarman Azzam hadir pada saat usai pembukaan. Di sini, lagi-lagi saya rasakan pendidikan yang diberikan Pak Infai amat luar biasa.

Padahal, saat konferensi PWI tahun 2006 itu, saya sudah bersama Datuak Radjo Djohan di Publik. Tapi perhatian Pak Infai tak pernah berkurang.

Dan tahun 2006 itu pula saya ikut kembali tes dan ujian kenaikan status keanggotaan PWI. Makanya, nomor kartu PWI saya ujungnya 06B, karena tahun 2006 itu saya lulus ujian kenaikan.

Hasil konferensi menempatkan Dedi Salim sebagai ketua, dan saya yang masih anggota muda diminta jadi Sekretaris. Tentu ini masukan dan usulan Pak Infai, selaku salah seorang tim formatur dari PWI Sumbar.

Dan kabarnya, pertama di Indonesia, anggota muda yang bisa jadi pengurus harian PWI di daerah. Sungguh sebuah perjuangan dan kesungguhan Pak Infai untuk saya bisa menembus itu semua. (ad)



Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies