Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

66 Tahun Bandaharo, Terapung tak Hanyut, Terbenam Tidak Hilang

Rangkayo Rajo Tianso memasangkan kain ke Bandaharo yang kini dipegang Yufni Faisol. (ist)
Enam Lingkung, Sigi24.com--Bandaharo, ibarat biji yang akan tumbuah, berasal dari empat andung, yakni Gando Baiak, Suni, Piak Aji, dan Beram.

Ketua Panita Batagak Gala Bandaharo, Hendrizal Palo menyebutkan, Gando Baiak anaknya Piak Sawah, lalu Piak Sawah melahirkan Abdullah yang kelak memangku gelar Bandaharo.

"Tercatat sejak 1943 Abdullah memakai gelar kebesaran Bandaharo, sampai dia wafat tahun 1956. Tentu Abdullah wafat, Bandaharo tak boleh pergi dan hilang seperti wafatnya Abdullah," ujar Hendrizal Palo.

Dan memang lama terendap. Yakni, sampai sekarang tahun 2022 telah mencapai 66 tahun tersimpannya Bandaharo. Terapung tak hanyut, terbenam tidak hilang.

"Sekarang, Bandaharo dipangku oleh Yufni Faishol, merupakan keturunan dari andung yang bernama Suni. Yufni Faishol dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Yurni dengan tiga bersaudara," ujar Hendrizal Palo.

Sementara, Wakil Bandaharo dipegang oleh Iqbal merupakan keturunan dari andung Beram. Labainya dipangku oleh Dasril keturunan dari andung Piak Aji, Wakil Labai oleh Firman keturunan dari Gando Baiak, Urang Tuo dipangku oleh M. Nur keturunan dari Gando Baiak.

Bandaharo adalah pangulu berulayat, dari Kapuah Gadua sampai ke Gantiang Sungai Asam. 

Bandaharo juga disebut sebagai Parik Paga Kecamatan 2x11 Enam Lingkung lama, dengan Kecamatan VII Koto Sungai Sariak.

Di dalam Nagari Koto Marapak Koto Tinggi, Bandaharo termasuk ke dalam orang enam suku, yakni Jambak, Koto, panyalai, Guci, Tanjung, Sikumbang.

Inilah suku dasar yang mendiami awalnya Nagari Koto Marapak Koto Tinggi.

Sementara di Balah Aie, Bandaharo adalah permata dari dandanan kaum tiga suku, yakni Jambak, Koto, dan Panyalai.

Sebagai orang asal di Balah Aie, Bandaharo tentu memiliki "pandam pekuburan, rumah gadang, batapian, batunggua bapanabangan". Punya surau untuk berkumpul kaum tiga suku. Itulah surau Aro namanya, terletak di Kampung Aro, di pinggir Sungai Batang Ulakan.

Hendrizal Palo bersama seluruh panitia dan kaum Suku Jambak merasa senang, karena ibarat melangkah dan berjalan, tujuan itu sudah hampir tiba.

"Barek sapikua, ringan sajinjiang". Begitu masa depan adat istiadat, serta hidup bernagari kaum tiga suku Balah Aie. Bandaharo sebagai "pusek jalo pumpunan ikan, kapai tampaik batanyo, kapulang tampaik babarito".

Langkah berikutnya, Hendrizal Palo bersama panitia dan orang nagari telah menetapkan hari baik pelaksanaan peresmian Bandaharo.

"Insya Allah Desember tahun ini, prosesi peresmian itu. Kata niniak mamak, darah terserak, daging dilapah, bersuluh matahari bergelanggang mata rang banyak," ujarnya.

Hendrizal Palo menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh panitia, pangulu, pucuak adat serta kapalo mudo nagari yang telah menyukseskan kegiatan Ahad tersebut. (ad)


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies