Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Bersama Damanhuri, Kita Tumbuhkan Budaya Menulis Santri dan Mahasiswa

Sigi24.com--Menumbuhkan budaya menulis santri dan mahasiswa. Itu judul agenda spesial Ikatan Mahasiswa Pesantren Nurul Yaqin (IMPY) Kota Padang, Jumat (2/9/2022) malam.

Sub judulnya, "Bila Aku Menulis, Maka Aku Ada". Menurut Ketua Umum IMPNY Kota Padang Tata Handika Tuanku Basa, pelatihan penulisan ini dilakukan secara daring.

"Di samping untuk kalangan mahasiswa yang berasal dari Nurul Yaqin yang ada di Padang, pelatihan juga terbuka untuk santri dan mahasiswa lainnya," ungkapnya.

Pihaknya sengaja menghadirkan narasumber Ahmad Damanhuri, mantan Ketua PWI Padang Pariaman, yang kini aktif di Harian Singgalang.

Damanhuri adalah wartawan yang berasal dari kalangan santri. Termasuk wartawan senior di Piaman, telah banyak melahirkan karya buku.

"Jadi, untuk membangun motivasi mahasiswa yang sekaligus santri, sangat cocok dan dengan narasumbernya," ulas Tata Handika.

Damanhuri yang baru saja menyelesaikan Sidang Yudisiumnya di Universitas Tamansiswa Padang ini menyebutkan, bahwa budaya menulis itu sebenarnya ada pada santri.

"Contoh besarnya, adalah kitab yang dipelajari santri di pesantren adalah produk karya tulis santri zaman dulu," katanya.

Lama menjadi santri, belajar dan juga sekalian mengajar, santri dulunya juga melahirkan karya buku, sesuai skill dan kemauannya untuk berdakwah secara tertulis.

"Mengutip Presiden SBY, harus bisa. Maka, kita yang hari ini santri dan juga mahasiswa harus bisa dan mau menulis," katanya.

Menulis adalah produk kata-kata. Banyak ragam yang harus ditulis. Kehidupan santri yang sangat sederhana, tentunya sebuah cerita bagus yang kalau dituangkan dalam karya tulis buku, misalnya.

"Begitu juga kisah kehidupan tuanku pengasuh dan pengelola pesantren, yang sangat patut kita tulis, untuk jadi teladan bagi generasi berikutnya," kata saya.

Damanhuri banyak punya buku soal kisah itu, dan dia termasuk wartawan yang hobi dan senang dengan membaca dan menulis.

Memulai jadi wartawan tahun 2000, Damanhuri bermula jadi reforter Padang Pos. Lebih setahun di sana jadi wartawan dan pemasaran, dia bergabung dengan Semangat Demokrasi.

Dari Semangat Demokrasi, Damanhuri diminta bergabung dan ikut mendirikan Media Nusantara untuk wilayah Piaman. Dari situ, media ini berganti nama menjadi Media Sumbar.

Gonta ganti media tak terlepas dari kisah kehidupan media itu sendiri. Damanhuri pun pernah singgah di Harian Bersama, sebuah koran harian yang terbit di Medan Sumatera Utara.

Dan menjelang masuk Harian Singgalang tahun 2008 akhir, Damanhuri singgah di Tabloid Publik dan portal berita seru.com.

Alumni Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan dan Darul Ulum Padang Magek, Tanah Datar ini adalah wartawan yang terinspirasi jadi penulis awalnya dari ketokohan Buya Hamka, KH Saifuddin Zuhri, dan KH Sirajuddin Abbas.

Sampai hari ini, karya tulis Buya Hamka, KH Saifuddin Zuhri, dan KH Sirajuddin Abbas masih terus dicetak ulang. Betapa sebuah nilai ilmu yang bermanfaat yang ditinggalkan oleh tokoh tersebut.

Aktif menulis dan jadi wartawan juga menuntut seseorang itu untuk giat berorganisasi. Sebab, keilmuan jurnalis dasarnya sama dengan organisasi.

Berbuat sesuatu yang menantang banyak orang untuk membacanya, adalah karya yang membuat jurnalis tertantang untuk membuatnya. (ad)



Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies