Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Konferensi PWI Padang Pariaman Jadi Acuan Konferprov XII Sumbar?

Padang, Sigi24.com--Konferensi Provinsi (Konferprov) XII Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Sabtu (23/7/2022) alot, menegangkan, seru, sekaligus menyisakan ketidakpuasan, serta mengundang banyak perdebatan di kalangan wartawan yang tergabung dalam organisasi profesi jurnalis tertua itu.

Terutama soal hasil pemilihan ketua dan ketua DKD, yang membuat Dr. Basril Basyar menang telak lewat 123 suara, dan mengalahkan incumbent Heranof Firdaus yang hanya dapat 51 suara.

Bebe, begitu mantan Pemred Padang Pos ini disapa banyak orang yang menjabat ketua DKD PWI Sumbar, tentu menjadi fenomena tersendiri. 

Dia sudah pernah jadi ketua PWI, dan itu dua periode berturut-turut sebelum Heranof Firdaus. Dan Konferprov XII ini pun nyaris tak berdinamika sebelum helat lima tahun sekali tersebut.

Sungguh sebuah politik tingkat tinggi, yang nyaris tak terbaca oleh sebagian besar wartawan muda. Yang dibaca orang dengan kondisi hasil itu, adalah tidak adanya kaderisasi berjalan di PWI Sumbar.

Dinamika yang sunyi dan senyap seorang Bebe, mampu menembus dan mematahkan keinginan sebagian wartawan yang ingin kembali menjadikan Heranof sebagai ketua untuk periode kedua.

Soal politik dan jaringan, memang kemampuan Bebe tak diragukan. Mantan Komisaris PT Semen Padang ini punya jaringan yang kuat di internal dan eksternal PWI itu sendiri.

Konferprov XII mengingatkan kita akan Konferensi PWI Padang Pariaman Oktober 2021 lalu. Ikhlas Bakri mengalahkan Darmansyah, tapi tak semutlak kemenangan Bebe akhir pekan kemarin.

Meskipun sampai hari ini, SK kepengurusan hasil konferensi PWI Padang Pariaman belum terbit, setidaknya helat tiga tahun sekali di daerah itu mampu menjadi acuan dan barometer oleh induknya, PWI Sumatera Barat.

Ikhlas Bakri pernah pula dua kali jadi ketua PWI dulunya. Setelah istirahat satu periode, dia dijadikan kembali sebagai ketua PWI dan itu tak lewat aklamasi. Lewat pemilihan dan sangat alot sekaligus sangat menegangkan.

Kejadian seperti ini sangat langka di PWI. Mungkin ini perdana, dan menjadi topik yang asyik untuk diperdebatkan. Artinya, PWI masih kurang dalam pengorganisasian di satu sisi, dan di sisi lainnya, PWI jadi unggul karena tak ingin lepas dari SDM hebat dan unggul dari seorang ketuanya.

Proses demokrasi di PWI sudah berjalan dengan sangat dewasa dan mendidik sekali. Banyak yang puas, tentu tak sedikit pula yang sakit hati dan meluapkan ke kesalannya lewat media sosial terhadap ketukan palu terakhir pimpinan sidang pleno yang menetapkan ketua PWI untuk lima tahun mendatang.

Seandainya Tarman Azzam masih hidup, dia akan memberikan dua jempol terhadap Konferprov dan sekaligus mengapresiasi Bebe. Mantan ketua umum PWI Pusat dua periode yang terkenal vokal dan hebat berorasi itu, selalu memberikan apresiasi terhadap proses demokratisasi yang berlangsung seru.

Memang proses demokrasi itu ada yang jadi korban, tapi tidak ada yang dikorbankan. Di sinilah letaknya sebuah pendidikan politik itu amat penting, dalam membesarkan sebuah organisasi.

Sekarang, barisan yang kalah atau sakit hati, apakah akan memilih keluar dari PWI atau secepat mungkin memberikan dukungan moril kepada hasil pemilihan?

Cukup kedewasaan masing-masing wartawan itu sendiri yang menjawab, sekaligus mengimplementasikannya. Bagi politisi ulung, sudah sangat biasa mati berkali-kali.

Kalah dalam perjuangan dan persaingan bagi orang politik, adalah kemenangan yang tertunda. Dia tidak akan pernah lelah untuk terus berjuang.

Itulah semangat dari hasil Konferprov XII PWI Sumbar yang menghasilkan pendidikan politik yang sangat tinggi. (***)



Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies