Lubuk Alung, Sigi24.com--Patah tumbuh hilang berganti. Artinya, kekuatan adat tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Orangnya boleh tidak ada atau tidak sanggup lagi memangku jabatan adat, namun gelar adat itu tetap ada dan hadir sepanjang masa.
Itulah yang terjadi Sabtu (18/6/2022) di Salibutan Lubuk Alung, pengangkatan "Muncak Rajo" nagari adat Lubuk Alung.
Agus nama tokoh yang melanjutkan jalannya Muncak Rajo tersebut, lantaran pemegang gelar sebelumnya sudah tua, dan tak banyak lagi bisa berkegiatan.
Ibaratnya, bukit sudah tinggi lurah sudah dalam, dan saatnya yang muda tampil ke muka, melanjutkan estafet kepemimpinan yang khusus menangani masalah buru babi.
Pengangkatan Muncak Rajo itu dihadiri hampir seluruh niniak mamak Lubuk Alung, Ketua KAN, dan Ketua Porbi Sumbar Ferry dan Ketua Porbi Padang Pariaman Maymuspi.
Begitu juga anggota Porbi dari berbagai nagari di daerah itu ikut hadir dan memeriahkan acara yang digelar secara adat tersebut.
Bahkan pecandu buru babi dari Solok, Tanah Datar pun ikut serta dalam acara demikian. Tentunya sebuah kehormatan yang amat luar biasa dalam masa depan perjalanan Muncak Buru Lubuk Alung secara adat.
Warih bajawek Pusako batarimo, Lubuk Alung secara adat cukup luas, punya banyak penduduk. Lebih luas dari Kecamatan Lubuk Alung itu sendiri.
Kehadiran Muncak Rajo diharapkan mampu membangkit batang tarandam, melahirkan banyak inovasi dan kreasi dalam membangun adat dan budaya di tengah masyarakat kekuasaannya.
Muncak Rajo tentu perhiasan dan lambang bagi pangulu. Dia memutuskan sesuatu kegiatan adat, setelah ada kata sepakat dari seluruh pangulu.
Makanya, seluruh pangulu dan niniak mamak yang berulayat di Lubuk Alung secara adat ikut "menuahi" Muncak Rajo yang baru, sebagai ganti dari orang lama yang sudah pensiun ibarat dalam ASN.
Selanjutnya, Agus Muncak Rajo akan berjalan dan bertindak sesuai titah dari seluruh pangulu dan niniak mamak yang berulayat di Lubuk Alung.
"Baban barek singguluang batu", tentunya akan jadi ringan bila Muncak Rajo berjalan sesuai titahnya. Warih bajawek pusako batarimo dari yang tua-tua dulunya. (***)
