Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jelang Seabad Tarbiyah Perti, Meneladani Ulama yang Ikhlas Mengabdi

Padang Pariaman, Sigi24.com--Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang sekarang familiar dengan sebutan Tarbiyah Perti berusia 94 tahun.

Usia yang sangat tua, tak pernah lelah berkontribusi untuk peradaban Islam lewat pendidikan keagamaan. Banyak ulama besar lahir dari pendidikan tarbiyah.

Lahir 5 Mei 1928, Ormas Islam ini diprakarsai kelahirannya oleh Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Muhammad Djamil Jaho, dan ulama lainnya.

Tarbiyah, lembaga pendidikan yang menjelma jadi Ormas, dan sempat jadi partai politik, dan akhirnya kembali ke khittah, tentu punya banyak pengalaman dalam membangun pendidikan keagamaan di tengah masyarakat.

Sekolah ini paling banyak kita temui di darek. Tak heran, pergolakan pemikiran keagamaan ini tumbuh dan berkembang di wilayah dataran tinggi Minangkabau itu.

Di rantau Piaman, tarbiyah kurang dapat sambutan. Di daerah ini cocok dan berkembang dengan pesat pendidikan surau.

Meskipun, pendidikan surau yang berkembang itu adalah hasil karya ulama yang dikader di tarbiyah dulunya.

Menarik untuk kita kaji, kenapa tarbiyah tak bisa berkembang di Piaman layaknya di daerah darek?

Sebuah pertanyaan yang mengandung banyak tafsiran dan telaah. Ini menyangkut dengan kiprah ulama dulu di daerah ini, yang sekarang mereka sudah almarhum.

Adalah Syekh H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah (1908-1996). Seorang ulama moderat yang menamatkan studinya di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho Tambangan pada tahun 1932 M.

Dia seangkatan dengan Syekh Zakaria Labai Sati (1908-1973). Sama tamat dari lembaga pendidikan asuhan Inyiak Jaho tersebut.

Cerita mendiang Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah ini dulunya, kawannya Syekh Zakaria Labai Sati ini termasuk anak muda yang paling cerdas dan cekatan.

Pintar mengaji, dan sering membuat gurunya kewalahan di kelas. Kelak, setelah tamat di Jaho, Syekh Zakaria Labai Sati pulang kampung, dan mendirikan Tarbiyah di Malalo.

Banyak ulama hebat dan punya pesantren besar lahir dari tarbiyah yang didirikan Syekh Zakaria Labai Sati ini. Sampai ke Aceh anak asuhannya mendirikan pesantren.

Sedangkan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pulang dari Jaho tak langsung ke kampungnya di Pakandangan, Padang Pariaman.

Dia, menurut cerita dari Jaho sebelum tamat dapat ujian yang sangat berat. Diminta mengajar dalam kelas yang ada Syekh Zakaria Labai Sati.

Meskipun kedua ulama ini dinilai sama hebat, dan sering melompat kelas, dan keduanya dipertemukan dalam satu kelas, dengan cara yang satu tampil bagaikan guru, duduk di depan kelas.

Bagi Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah karena ini perintah, dengan tulus dijalaninya, meskipun terasa berat dan punya risiko tinggi.

Begitu cara Inyiak Jaho memperlakukan anak asuhannya untuk kematangan bagi santrinya itu. Matang dalam berbagai hal, termasuk sesama kelas, seangkatan diminta beradu nyali tentunya.

Mengajar dalam kelas itu dilaluinya dengan mulus tentunya. Dia disuruh mengajar di Tarbiyah Pasaman, sementara pada tahun yang sama Syekh Zakaria Labai Sati langsung mendirikan sekolah di kampungnya sendiri.

Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah tak lama di Pasaman. Atas izin dan suruhan Inyiak Jaho, dia pun mengajar di Koto Laweh, tak jauh dari Jaho.

Dan kelak pulang kampung, menetap di kampungnya, Jambak Pakandangan, dan terakhir tepatnya 1940 didirikan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum di Lubuk Pandan.

Artinya, kedua tokoh ulama yang terkenal alim dan mahir ilmu fiqh, nahwu, sharaf, mantiq ini ikut menyaksikan pergolakan pemikiran para ulama hebat, yang akhirnya mendirikan Tarbiyah Perti pada tahun 1928.

Ormas ini berdiri, tentu dilatarbelakangi oleh diskusi dan halaqah para ulama yang merasa prihatin dengan praktek keagamaan, yang kian jauh dari kaji dan keilmuan yang dikembangkannya di sekolah masing-masing.

Satu visi dan misi, yakni beri'tikat Ahlussunah waljamaah dan bermazhab ke Imam Syafi'i.

Konsep ini yang dimatangkan. Dari Minangkabau, Ormas ini digencarkan ke seantero nusantara ini. Mengembangkan cakrawala berpikir secara moderat dalam beragama.

Zaman itu, awal-awal berdiri Minangkabau adalah rumahnya sendiri. Paham lain yang masuk, bisa bergandengan, meskipun di sana sini sempat ditemui perselisihan oleh paham keagamaan ini.

Secara gencar tentunya, tarbiyah menjelma, dan ikut dalam percaturan bangsa dan negara ini. Namun, ketika di nasional pergolakannya dapat keseimbangan dari Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir dua tahun sebelum Tarbiyah Perti lahir.

Malah NU mampu lebih mewarnai dari tarbiyah dalam percaturan politik kebangsaan. Keduanya, Tarbiyah Perti dan NU sama-sama pernah jadi partai politik dulunya.

Patut sekali kita belajar banyak dari tokoh tarbiyah ini, yang begitu ikhlas berjuang, membesarkan Ormas ini di tengah lingkungannya.

Menyong satu abad Tarbiyah Perti, kiranya kita patut sekali membuka lembaran lama, mengkaji pemikiran ulama dulu, yang mampu melahirkan banyak kader dan ulama cendikiawan.

Roh pemikiran Inyiak Canduang, Inyiak Jaho dan tokoh ulama lainnya yang seperjuangan dengan beliau, masih sangat relevan dengan konteks kekinian.

Generasi di bawahnya, Syekh Zakaria Labai Sati, Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah tentunya termasuk barisan ulama yang mampu mewarisi hal demikian. Pengaruh Inyiak Jaho masih kental, sehingga jalannya pemikiran keagamaan dan perkembangan Tarbiyah Perti pun masih berjalan stabil.

Menjelang seabad Ormas ini, kita dituntut kembali untuk membuat pergerakan ini jadi bersinar. Lewat pendidikan dan kaderisasi yang mumpuni, Tarbiyah Perti kembali bergema. (***)


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies