Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jelang Konferwil NU, Ini yang Dibutuhkan Warga Nahdliyyin Sumut Oleh : KH. Ahmad Kambali

MENJELANG pelaksanaan Konferwil Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara beberapa bulan mendatang, menarik untuk dilihat pelaksanaannya.  Para kandidat yang ingin bertarung sudah mulai ramai, terdengar sayup-sayup bahkan ada yang merasa sudah dapat restu dan lain sebagainya. 

Sampai saat ini saya sudah mendengar sayup-sayup, baru ada tiga kandidat yang intens tampil. Tentu belum final. Masih banyak serangkaian dinamika yang terjadi sampai hari pelaksanaan. Finalnya nanti di forum saat pernyataan kesediaan, visi misi dan pemaparan arah gerakan Jami’iyah Aswaja ini di ruang lingkup Sumatera Utara.

Ketiga bakal calon kandidat itu adalah H. Marahalim Harahap, Dr. H. Moch. Hatta Siregar serta H. Rahudman Harahap. Ketiganya, tentu tidak diragukan lagi kapabilitas serta loyalitasnya terhadap NU. Dengan ketokohannya sudah pasti memiliki basis pendukung di masing-masing faksi.

H. Marahalim, begitu namanya yang akrab dipanggil merupakan Wakil Ketua PWNU Sumut saat ini. Dalam perjalanannya juga pernah menjabat sebagai anggota dewan. 

Kalau Dr. Moch. Hatta Siregar, saat ini Warek 3 UNUSU dan Sekretaris PWNU. Sosok yang lebih dikenal murah senyum, tenang dan ringan tangan serta ngayomi.  

Nama terakhir tentu tak kalah menarik, H. Rahudman Harahap, mantan Walikota Medan, mantan Sekda dan malang melintang di birokrat. Sosok yang centang perenang di keormasan dan selalu terdepan di dalam kegiatan Jam'iyyah khususnya NU. 

Bahkan di setiap kegiatan NU dan Banom-Banomnya, H. Rahudman selalu mensupport dan terdepan, agar marwah Annahdliyyah selalu terjaga dari para anasir-anasir yang akan merusak nama besar NU.

Riwayat singkat tadi, tentu memberikan ekspektasi dari warga nahdiyyin Sumatera Utara untuk menitipkan mandatnya, mengelola jami’iyah yang usianya hampir seabad ini. Lalu pertanyaan yang timbul ialah, apa sebenarnya yang dibutuhkan nahdliyyin Sumatera Utara saat ini dan berkelanjutan secara futuristik?

Secara tatanan konsep harakah (gerakan) tentu NU sudah mapan dan sulit diganggu gugat, nilai-nilai ke-Aswaja-an di level syariat (ibadah) maupun pada jenjang muamalah pada masyarakat multikultural dan pluralisme.

Moderasi beragama gaungnya juga sudah terdengar lantang sejalan dengan slogan lslam Nusantara ala NU sesuai dengan perspektif Al-Qur’an. Tinggal bagaimana nilai ini dijaga dan dirawat sampai pada level grass roots (akar rumput) nahdliyyin.

Program utama NU adalah sosial keagamaan, tentu tanpa mengabaikan sektor ekonomi. Karena untuk sampai pada level mapannya sosial keagamaan, pada saat yang sama ada sektor ekonomi yang ikut andil. Sejalan dengan visi utama Ketua Umum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf tentang kemandirian ekonomi umat dan semangat kembali ke khittah organisasi.

Sebagai basis Islam tradisional yang mayoritas umatnya tinggal di pedesaan, harusnya NU Sumatera Utara membaca itu, dimensi kelas yang teralienasi. Sejauh ini NU pada umumnya tidak mengetahui yang suka tahlilan, selamatan dan kenduri apa pekerjaan mereka dan bagaimana pendapatan mereka?

NU harus bisa hadir khususnya di Sumatera Utara untuk menutupi ketimpangan kelas dan ekonomi warga nahdiyyin di akar rumput. Sumatera Utara dengan luas yang membentang tentunya sangat banyak program yang bisa dilakukan di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Sebagai organisasi hirarkis, PWNU Sumatera Utara tentu perlu menjalankan arahan Tanfidziah PBNU, namun  tetap dinamis sesuai kebutuhan dan apa yang diperlukan. Fokus ekonomi dan pemberdayaan umat perlu di bangkitkan, hal ini akan lebih mudah jika bergerak beriringan dengan 33 PCNU kab/kota yang ada di Sumatera Utara. Jika berjalan sampai level pengurus Ranting tentu era kemapanan ekonomi nahdliyyin Sumatera Utara akan terwujud. Tinggal menunggu waktu saja.

Menurut saya yang juga salah satu Wakil Ketua Banom NU, bersama warga nahdliyyin Sumut punya harapan besar, bahwa dengan megahnya kantor sekretariat bukan hanya sekedar tempat bernaung, menyimpan berkas dan perangkat organisasi, tapi lebih sebagai pusat service exellence, perubahan dan pembinaan Jam'iyyah Annahdliyyah, tentunya perlu kolaborasi seluruh elemen, dan nominal biaya yang tak sedikit. Lagi dan lagi butuh ekonomi yang mapan.

Bermacam asa digantungkan oleh warga Nahdiyyin Sumatera Utara pada saat Konferwil mendatang, tapi kembali lagi dependen Pengurus Cabang yang tentunya mempunyai otoritas dengan memberikan hak suara saat pemilihan. Tak lupa tetap melanggengkan budaya NU yaitu “sowan” tidak hanya secara vertikal pada kyai, guru, sesepuh tentu juga secara horizontal. Suara dan masukan warga nahdliyyin kelas proletar juga disambangi “sowan”.

Sebagai epilog, semoga Konferwil berjalan lancar, mencapai kriteria pemimpin yang diinginkan. Hadanallahu wa iyyakum ajma’in. Wallahu muwafiq ila aqwamith thariq.


Salam Ta'dzim dari Al Faqiir


KH. Akhmad Khambali, SE, MM

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies