VII Koto, Sigi24.com--Genangan air di jalan raya sepanjang Ampalu - Padang Sago, Kamis (10/3/2022) malam disebabkan tak berfungsinya draenase di kiri dan kanan jalan. Kemudian, jalan yang sudah banyak berlobang, mengundang kecelakaan bagi para pengguna jalan.
"Ini sama keadaannya Kota Bukittinggi yang dilanda Banjir," celetup John Kenedy Martin sambi menyetir mobilnya malam itu.
Betapa tidak, Ampalu sampai ke Padang Sago dan terus ke Gunung Tigo, itu wiyalah ketinggian. "Ini kampungnya lumayan tinggi. Hanya hujan lebat, tapi mampu menggenangi jalan raya. Jadi, pemeliharaan jalan yang kurang selama ini," kata dia.
Dan memang, bangunan berupa kedai kecil yang dibangun kiri dan kanan jalan oleh masyarakat kian menyesak ke jalan. Drainase pun jadi tertutup, dan bentuknya sengaja ditutup agar bisa orang jualan. Tentu ini perlu perhatian yang serius dari pemerintah.
Lama sekali tak diperhatikan jalan itu kesannya, tampak sebagian lobang yang banyak sebagiannya sudah dicor oleh masyarakat dengan coran semen. Coran semen tentu tak bisa diandalkan untuk tahan lama.
Apalagi musim hujan, akan semakin cepat punahnya, dan kembali berlobang. Dan memang kondisi jalan raya Ampalu - Padang Sago sudah lama tak diperbaharui aspalnya. Belum lagi, di bagian kosong pemukiman, tampak dipenuhi semak yang menimbun draenase itu sendiri.
Jalan yang bagus, adalah bagian dari upaya peningkatan perekonomian masyarakat. Sebab, akses kian lancar dan cepat. Pulang balik masyarakat terasa lancar dari satu kampung ke kampung lainnya, untuk arus keluar masuk barang dan jasa.
Jalan kabupaten yang melintasi dua kecamatan; VII Koto Sungai Sariak dan Padang Sago ini pun telah lama diusulkan oleh pemerintah nagarinya untuk diaspal dan diperbaiki. Nagari yang dilewatinya, adalah Lareh Nan Panjang, Ambung Kapur, Koto Dalam, Batu Kalang.
Menurut masyarakat di sana, walinagarainya telah mengajukan ke kabupaten untuk perbaikan jalan itu. Namun, jawaban dari kabupten belum ada. Tentu pandemi covid jadi alasan utama untuk tidak dilakukan perbaikan jalan di kampung itu.
Hampir semua anggaran tersedot untuk melawan virus itu. Mengurangi dan bahkan menghilangkan anggaran untuk pembangunan fisik, yang dianggap tidak atau belum perlu. Sebenarnya, sejak jalan itu banyak lobang, telah berkali-kali terjadi kecelakaan.
Mungkin hanya kecelakaan kecil, dan belum membahayakan dalam anggapan pemerintah, sehingga perbaikan jalan juga belum terlaksana. (*)