1. Nyanyian Pak Boy Menghilangkan Penat Perjalanan Panjang Walinagari Padang Pariaman
Jauhnya perjalanan dari Padang Pariaman ke Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tak terasa ketika perjalanan diwarnai dengan canda dan tawa.
Itu sekilas gambaran sejak Senin (27/9/2021) saat Walinagari di Kecamatan Lubuk Alung, Batang Anai dan Ulakan Tapakis sebanyak 24 walinagari ditambah dengan seorang walinagari di Kecamatan Nan Sabaris, VII Koto Sungai Sariak, dan V Koto Timur melakukan studi tiru ke Palembang dan Lampung.
Empat camat: Batang Anai, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis, dan Nan Sabaris ikut dalam rombongan yang menggunakan bus pariwisata itu.
Walinagarilah namanya, penguasa wilayah yang kekuatan politiknya sebanding dengan kepala daerah, karena sama-sama dipilih rakyat, tentu banyak garah dan kucikak, serta nyanyian yang membuat perjalanan itu terasa ringan dan menyenangkan.
Apalagi pimpinan rombongan, Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H yang juga Walinagari Lubuk Alung, Walinagari Sungai Abang Lubuk Alung Ichwan Boestami, Walinagari Sungai Buluah Agusta Alidin orang senang dan suka garah dan lelucon, menambah hilangnya rasa penat dalam perjalanan.
"Kini, kita nikmati perjalanan ini dengan segala senang dan tentu ada kecewananya, lantaran ada sedikit kerusakan AC bus yang airnya menitik ke bangku yang diduduki," kata seorang Walinagari.
Biar urusan nagari dikerjakan oleh yang di rumah. Artinya, perjalanan panjang yang bisa meningkatkan rasa kebersamaan ini, harus betul-betul dinikmati, dan tak boleh diganggu oleh urusan lain, sekalipun oleh urusan investor yang akan masuk ke nagari.
Ya, bernyanyilah kawan walinagari ini. Camat Lubuk Alung pun tak ketinggalan. Banyak nyanyi dan lagu yang dibawakannya mengisi kegembiraan dalam perjalanan itu.
Dalam sebanyak itu anggota rombongan, tentu tak semua yang mau dan pandai bernyanyi. Tak masalah. Menyimak saja. Yang penting kebersamaan dan kekeluargaan dijunjung tinggi.
Serius tapi santai. Sersan istilah Walinagari Lubuk Alung Hilman. Itu kemungkinan kegiatan studi tiru walinagari Padang Pariaman kali ini.
Banyak hal yang akan ditiru di daerah orang, untuk dikembangkan di nagari kita masing-masing, sesuai kultur dan dinamika yang terjadi di nagari terkait.
Studi tiru, silaturahmi dan sekalian memperkuat bangunan ranah dan rantau. Orang Padang Pariaman atau yang lazim dikenal dengan Piaman banyak berkiprah dan sukses di rantau orang.
Melalui Walinagari Salibutan Lubuk Alung Jahidir, rombongan singgah di Kabupaten Musi Banyuasin. Sebuah rumah makan dan restoran Pincuran Gadang namanya. Pemiliknya urang awak, Ramli asal Gantiang Tangah Padang Ulakan.
Ya, sekedar sehelo. Kami nikmati kopi dan teh hangat di rumah makan tempat perhentian truk tersebut. Sambil juga cuci-cuci dan buang air di rumah makan yang cukup besar itu.
Ramli mengaku sudah tujuh tahun membangun usaha di Bumi Sriwijaya itu. Sebelumnya, dia membangun usaha bengkel las di Bayur Pauh Kamba, Kecamatan Nan Sabaris.
Dia sering dan acap pulang kampung. Karyawan banyak, usahanya besar dan tentu ekonominya meningkat. Alhamdulillah tetap menjaga hubungan silaturahmi ranah dan rantau.
Saat azan Zuhur berkumandang, Selasa sampailah kami di Kota Palembang. Melalui Walinagari Sungai Buluah Agusta Alidin, kita menikmati makan malam bersama Ramdani Boy, urang awak Lubuk Alung yang jadi Kalapas Ogan Komering Ilir di Anugrah Kopi Tiam, tak jauh dari hotel kami menginap.
Ramdani Boy sudah lama berkawan dengan Agusta Alidin. Dia pintar nyanyi. Ketika Walinagari Buayan Lubuk Alung Deni Setiawan memulai dengan dua nyanyian, Ramdani Boy langsung membalasnya dengan nyanyian yang tak kalah serunya.
Ya, nyanyian kampung awak, kata Walinagari Sungai Buluah Timur Zulkifli. Ramdani Boy membawakan lagu Batak.
Ngopi malam semakin dinikmati, pempek asli Palembang pun kian terasa enak. Walinagari Sungai Abang Lubuk Alung Ichwan Boestami tak mau ketinggalan.
Tiga nyanyi dibawakannya sekaligus. Suaranya jangan disebut. Tak kalah hebat dan menggugah dari suara Ramdani Boy.
2. Segelas Kopi Menunggu Masuknya Subuh di Bayung Lencir
Sejam jelang waktu Subuh masuk, Selasa (28/9/2021) bus pariwisata yang mengangkut rombongan Walinagari Padang Pariaman ini tiba di Rumah Makan Simpang Raya Bayung Lencir. Rumah makan tempat bus ini biasa berhenti saat melakukan perjalanan yang melewati Lintas Timur Sumatera tersebut.
Bayung Lencir, seperti dicatat Wikipedia adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia. Pada tanggal 29 Desember 2010, Kecamatan Bayung Lencir dimekarkan untuk membentuk Kecamatan Tungkal Jaya. Kecamatan Bayung Lencir dibelah oleh Jalan Lintas Sumatera dari utara ke selatan yang panjangnya sekitar 90 kilometer.
Yang mau makan, minum atau apa saja yang ketuju, silakan. Sepanjang ada persediaan di kedai itu, rombongan bebas memilih menu sesuai selera masing-masing.
Sambil menunggu datangnya waktu Subuh, rombongan pun berpencar. Ada yang pesan kopi, juga banyak yang menikmati nasi goreng.
Sebelumnya, makan siang dan malam di Salero Kampuang di Kota Solok dan di Koto Baru Dharmasraya.
Magrib di Masjid Babussalam Koto Baru terasa perjalanan studi tiru ke Palembang dan Lampung ini ada nuansa relegiusnya.
Masjidnya rancak. Pas berhenti Muazin hampir selesai azan Magrib. Air untuk berwuduknya banyak, sehingga kita puas dan senang melakukan ibadah wajib di masjid yang terletak di pinggir jalan Lintas Sumatera, di Kabupaten Dharmasraya ini.
Masjid penuh seketika. Ada juga bus Padang-Jakarta yang bersamaan berhenti dengan bus rombongan walinagari.
Pun, anak-anak mengaji ke masjid itu ramai datangnya ke masjid senja jelang Magrib itu. Mungkin ngajinya malam atau giliran malam.
Masjid Babussalam ini sederhana. Tak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil. Terletak di kawasan Pasar Koto Baru, membuat masjid ini sepertinya tak pernah sepi dari jemaah. Hanya saja saat ada beberapa bus yang berhenti untuk menunaikan kewajibannya dalam agama, terasa sekali kecilnya.
Kata pimpinan rombongan, Ichwan Boestami yang Walinagari Sungai Abang Lubuk Alung ini, untuk sarapan pagi ini tak ada dalam agenda.
Artinya, saat minum pagi di Bayung Lencir pandai-pandai saja. Sepanjang melintasi perjalanan pagi menuju Palembang tampak sekali daerah itu maju dan berkembang.
Menjelang siang, Ichwan Boestami dapat kabar duka dari kampung. Saudaranya Doni meninggal dunia. Innalilahi wa Inna ilaihi rajiun. Berita ini tentu membuat suasana rombongan ikut merasakan duka yang mendalam.
Apalagi Doni ini juga teman akrabnya Walinagari Lubuk Alung Hilman H. Saling berkabar dengan kerabat dan handai tolan yang di kampung pun terjadi dengan suasana duka yang amat mendalam.
Meskipun demikian, yang namanya perjalanan panjang studi tiru tentu tetap dinikmati dengan segala tingkah dan garahnya.
Ada yang terus bernyanyi, karena mungkin hobi dan senang hiburan musik. Dan ada pula yang bercerita soal dinamika memimpin nagari, serta cerita lainnya. Ya, cerita lepas yang tak mesti pakai judul.
Camat Nan Sabaris Wirson Rangkayo Basa yang pernah menjabat Kepala Bagian Pemerintahan Nagari Setdakab Padang Pariaman punya banyak pengalaman soal nagari.
Tak ada walinagari yang tidak kenal dengannya. Sebab, sebelum ada DPMD, urusan nagari ditangani Bagian Pemnag ini, yang Wirson lama dulunya memimpin instansi di bawah sekretariat daerah itu.
3. Studi Tiru Walinagari Padang Pariaman Jadi Motivasi Tersendiri Bagi Camat Teluk Gelam
Studi tiru walinagari dan camat Kabupaten Padang Pariaman, Rabu (29/9/2021) di Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan dapat sambutan antusias dari tuan rumah.
Camat setempat Saparuddin dan anggotanya sengaja menyambut tamu dengan semeriah mungkin. Dia datangkan pula Kadis Pariwisata, Sekretaris Dinas PMD, untuk memberika informasi seputar kebutuhan tamu yang begitu jauh datang untuk sebuah studi.
Camat Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), H. Saparuddin dalam sekapur sirihnya menyebutkan, selamat datang kepada rekan sejawatnya, dan walinagari Kabupaten Padang Pariaman di kecamatan ini. Semoga lelahnya sehabis perjalanan jauh dari Sumbar terobati oleh lingkungan dan keadaan desa di kecamatan ini.
"Kecamatan ini baru lahir, merupakan pemekaran dari Kecamatan Tanjung Lubuk. Baru sekitar 15 tahun ini hadirnya," kata dia.
Menurut Saparuddin, 80 persen penduduk kecamatan ini mata pencariannya bergantung kepada petani. Sebagian besar petadi padi di sawah, dan ada juga dari perkebunan.
Ada 16 desa, dan masih utuh sampai sekarang. Ada kemungkinan dimekarkan, mengingat jumlah penduduk yang terus berkembang.
Katanya, sebelum covid, kecamatan ini idolanya pariwisata di kabupaten OKI. Salah satu desa punya wisata sejarah, Rumah Limas 100 Tiang, tepatnya di Desa Sugih Waras.
Satu kecamatan satu desa wisata yang jadi program Pemkab OKI. Kecamatan ini menetapkan Desa Sugih Waras yang terus dikembangkan hingga saat ini.
"Kami senang dikunjungi. Semoga jadi motivasi tersendiri dalam pengembangannya di masa depan," harapnya.
H. Wirson, Camat Kecamatan Nan Sabaris yang mewakili rombongan studi tiru menyampaikan, terima kasih atas sambutan istimewa dari pemerintah OKI umunya, khususnya Kecamatan Teluk Gelam.
Menurutnya, yang ikut dalam rombongan ini, empat camat kecamatan, 24 walinagari. Pertama Camat Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis, dan Nan Sabaris.
Kabupaten Padang Pariaman, katanya, memiliki 70 kilometer garis pantai. Sebagian besar jadi tempat wisata.
"Kita ingin melihat inovasi dan kreatif pengelolaan wisata berbasis desa untuk meningkatkan pemasukan desa dan nagari di Padang Pariaman," katanya.
Di samping, Padang Pariaman juga mempunyai 400 ribu lebih jumlah penduduk, sehingga melelahkan bagi orang dan tokoh yang mencalonkan diri jadi kepala daerah dalam bersosialisasi.
"Silakan nanti berkunjung ke Padang Pariaman. Tentunya kami menyambut baik dan senang hati dalam kunjungan balasan nanti," ujarnya.
Pihaknya menyebutkan, bahwa bupati sekarang ingin semua OPD, camat dan walinagari punya inovasi. Makanya, yang kita tuntut ilmunya di daerah ini adalah inovasi.
Inovasi dalam pengembangan pariwisata, mampu mendatangkan banyak orang dari berbagai daerah dalam dan luar negeri.
Kemudian, yang tak kalah penting dari tujuan studi tiru ini, adalah membangun hubungan silaturahmi kedua daerah. Mungkin ada banyak yang bisa dilakukan kerjasamanya kedua daerah ini.
4. Rumah Limas 100 Tiang Desa Sugih Waras Itu
Usai pertemuan rombongan studi tiru walinagari Padang Pariaman di aula Kantor Camat Teluk Geram, kunjungan lapangan dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Limas 100 Tiang di Desa Sugih Waras.
Tiba di desa yang terletak di tepi Sungai Komering itu, rombongan langsung menuju masjid. Ya Shalat Zuhur berjemaah, sekalian Jamak dengan Shalat Asar.
Usai shalat, Camat Saparuddin langsung membawa rombongan ke Rumah Limas 100 Tiang, tak jauh dari masjid.
Generasi ke-4 yang menunggui Rumah Limas 100 Tiang, Desa Sugih Waras, Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Edi Johar menjelaskan terima kasih atas kunjungan Walinagari Padang Pariaman ke rumah ini.
"Rumah ini selesai dibangun 1811 M. Rumah ini kami tempati berkeluarga, sebagai generasi ke-4 dari Pangeran Rejed," katanya.
Menurut
kisahnya, seperti diberitakan detik.com, rumah ini dibangun oleh
Pangeran Rejed dari Suku Rambang. Saat itu dia merantau ke tepi Sungai
Komering, dan ingin menikahi seorang gadis dari suku Kayuagung. Nah,
sesuai adat suku Kayuagung, apabila ingin meminang seorang gadisnya,
mempelai laki-laki harus menempatkan putri mereka pada rumah yang layak.
Sementara perabotan rumah itu akan diisi oleh keluarga gadis.
Maka,
bapak dari gadis yang akan dilamar Pangeran Rejed, tulis detik.com,
yakni Pangeran Ismail, meminta Pangeran Rejed membangun sebuah Rumah
Limas yang dibangun dari kayu unglen, dengan tiang berjumlah seratus,
serta ornamen yang diukir dan dilukis harus timbul atau tiga dimensi.
Persyaratan
ini dipenuhi Pangeran Rejed. Dia pun mulai membangun rumah dengan
mendatangkan arsitek dari China dan Arab buat membangun rumah tersebut.
Konon
pembangunan rumah ini tidak selesai dalam waktu 10 tahun, lantaran
kedua arsitek itu tidak kuasa meneruskannya. Arsitek pun terus berganti.
Akhirnya pada tahun 1811, selesailah pembangunan rumah limas ini dengan
seratus tiangnya, termasuk ornamennya, meskipun tidak sesuai dengan
harapan Pangeran Rejed.
Kepala Desa Sugih Waras Ludi yang satu
setengah tahun memimpin desa itu menyampaikan apresiasi kepada
walinagari Padang Pariaman yang merupakan kunjungan pertama di
terimanya, sejak Rumah Limas 100 Tiang dijadikan destinasi wisata.
Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H menyebutkan, Rumah Limas 100 Tiang yang jadi ikonnya Sugih Waras, menjadi sumber inspirasi tersendiri dalam meningkatkan pemasukan bagi desa ini, lewat pariwisata sejarah.
"Kami berterima kasih sekali. Sambutan tuan rumah amat luar biasa. Dan dengan senang hati pula kami menerima kunjungan rombongan desa ini," kata dia.
5. Mengendalikan Bencana dari Jauh, Suasana Duka Menyelimuti Studi Tiru Walinagari
Musibah sudah jadi ketentuan. Datangnya tanpa pemberitahuan. Padang Pariaman termasuk daerah yang rawan terhadap berbagai bencana di Sumatera Barat.
Sejak Selasa (29/9/2021) berbagai musibah dan bencana melanda sejumlah nagari. Tanah longsor di Tanah Taban, Nagari Pasie Laweh Lubuk Alung.
Di laporkan dari nagari itu satu keluarga tertimbun. Hingga pagi Kamis, empat orang sudah bersua oleh petugas BPBD dan aparat keamanan TNI/Polri Padang Pariaman yang berjibaku sejak malam.
Tiga dari empat orang yang ditemukan itu sudah dinyatakan meninggal, seorang di larikan ke M. Djamil Padang. Sementara, empat orang lagi masih dilakukan pencarian.
Walinagari Pasie Laweh Lubuk Alung Feri Andinur Datuak Rajo Bulan bersama 24 walinagari lainnya tengah melakukan kerja di luar daerah. Dia termasuk ke dalam rombongan walinagari yang melakukan studi tiru ke Sumatera Selatan dan Lampung.
Dia tetap melakukan kerja lewat komunikasi dan koordinasi dengan petugasnya yang sedang di kampung.
Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H yang juga Walinagari Lubuk Alung hingga tengah malam pun melakukan komunikasi, mengendalikan banjir yang melanda Korong Surantiah.
Seluruh petugas nagarinya diminta siaga, dan melakukan evakuasi terhadap warga yang terkurung banjir.
"Surantiah, satu korong di Lubuk Alung yang menjadi langganan banjir. Banjir kali ini lebih parah dari banjir bulan lalu," kata Hilman.
Dari Lampung, Hilman yang ikut memimpin jalannya studi tiru walinagari Padang Pariaman tetap mengendalikan musibah tersebut.
"Tolong beli dulu nasi goreng, sebagai antisipasi warga yang terkurung, tak bisa keluar. Lalu pastikan perahu karet ada untuk pengantaran logistik ke sana," ujar Hilman dari jauh lewat sambungan telpon.
24 walinagari yang sedang studi tiru tetap melakukan komunikasi dan koordinasi dengan warga dan pegawainya, terkait hujan yang disertai angin kencang melanda Padang Pariaman, sejak Selasa kemarin.
Begitu pula kondisi banjir bandang yang melanda Sikuliek, Nagari Sungai Buluah Timur. Walinagari Zulkifli merasa tak nyaman di kampung orang.
Dari Nagari Manggopoh Palak Gadang Ulakan dilaporkan, musibah pohon tumbang menimpa warga Nagari Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging yang sedang Basafa di Ulakan mengakibatkan 3 orang warga Kampuang Dadok luka-luka dan 1 orang Warga Luhuang Batu Mengaum meninggal dunia yaitu Etek Yuliar.
"Semoga almarhumah Etek Yuliar pergi dalam keadaan husnul khatimah.
Aamiin yaa rabbal Aalamiin," tulis Salman Hardani Datuak Rajo Harimau di akun media sosialnya.
Camat Lubuk Alung Zarmiati dalam perjalanan mengintruksikan kepada seluruh walinagari dan kita yang tergabung dalam studi tiru untuk bersimpati terhadap musibah di kampung, dengan cara tidak memposting kegiatan kita di media sosial.
Banjir bandang di Sikuliek, pohon tumbang di komplek makam Syek Burhanuddin Ulakan, di tengah umat sedang melakukan Safa Ketek, sama viralnya dengan kejadian longsor di Tanah Taban Pasie Laweh Lubuk Alung.
Begitu juga Walinagari Sungai Buluah Agusta Alidin, Walinagari Sungai Abang Ichwan Boestami meskipun nagari aman dari musibah banjir, mereka tetap memantau kondisi terkini nagarinya.
Di Sungai Abang ada sedikit banjir di komplek Pasar Baru. Banjir di situ menurut Walinagari Ichwan Boestami akibat penyumbatan drainase di seberangnya. Air yang meluap berimbas ke pasar yang sedang ada penghuninya.
6. Soal Peternakan, Walinagari Padang Pariaman Datangi Kelurahan Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung
Di Lampung, rombongan walinagari Padang Pariaman yang melakukan studi tiru menggelar kegiatan di Kelompok Tani Harapan Kita, di Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Kamis (30/9/2021).
Di dampingi sesepuh Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) Herman Nofri Hosen, rombongan walinagari yang juga diikuti empat orang camat ini disambut camat setempat bersama lurahnya.
Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H yang memberikan sambutan pengantar dalam kegiatan ramah tamah di kelompok tersebut menyebutkan, terima kasih atas sambutan tuan rumah.
"Mohon maaf atas keterlambatan, dan merepotkan tuan rumah. Kita studi tiru soal inovasi pengembangan peternakan yang begitu berkembang di kelurahan ini," katanya.
Semoga kunjungan ini, katanya, bisa saling meningkatkan dan saling berbagi, sharing inovasi dalam meningkatkan kemampuan pemasukan buat lurah dan nagari yang ada di dua daerah ini.
Dan tentunya, kata Walinagari Lubuk Alung ini, akan ada aplikasinya di tempat masing-masing yang tentunya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Camat Rajabasa Hendri Esjaya menyebutkan, selamat datang di Kota Bandar Lampung, semoga harapan kita semua secerah hari ini. Dan memang sejak pagi hingga rombongan sampai di kelompo tani itu, hari cerah dan panas terik yang lumayan menyengat.
"Kita masih dalam suasana baru kepemimpinan walikota, yang semuanya tentu masih menyesuaikan. Beda orang tentu beda pula gaya dan karakter kepemimpinannya," kata dia.
Meskipun, katanya, Ibu Walikota sekarang satu rumah dengan walikota lama, suami istri malah, tetap saja ada perubahan dalam kepemimnannya masing-masing.
Kunjungan ini, katanya, suatu kebanggaan dan kehormatan tersendiri. Ini lurah satu-satunya di Kota Bandar Lampung yang punya lahan pertanian dan perternakan yang lumayan luas.
Camat Hendri minta lurah untuk memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada tamu yang hadir, sehingga ada banyak manfaat dari kunjungannya ke lurah ini.
Koordinator Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung Heru Suharyono menyebutkan, hari ini ada dua kunjungan yang objeknya sama. Satu dari Sumbar dan satu lagi dari Sumsel. Sehingga Pak Kadis saling berbagi tugas dalam melayani studi tiru ini.
"Semua petani dan peternak di daerah ini punya kelompok yang terdaftar, pakai akta pendirian badan hukum. Sebab lewat kelompok akan memudahkan dapat bantuan dari pemerintah," katanya.
Dia mengatakan, kelompok ini ada juga pengolahan pupuk organik yang terdiri dari kotoran ternak. Artinya, semua yang dihasilkan kelompok ini tak ada yang terbuang.
Implikasinya, kata dia, masyarakat tak hanya tangan di bawah dengan selalu menerima, tapi juga mampu jadi tangan di atas. Bisa memberi dan berbagi tentunya.
"Perbaikan itu tak datang dalam satu dua langkah, tapi datang secara berkesinambungan, terus menerus upaya langkah yang dilakukan," katanya.
Lurah Raja Basa Jaya Sumarno dan Ketua Kelompok Tani Harapan Kita Udin Sentani menyampaikan terima kasih atas kunjungan yang amat luar biasa ke kelompok yang sudah lama mereka bina.
"Sebagai kelompok yang cukup besar di kota ini, kami merasa dapat kehormatan. Semoga studi tirunya membuahkan hasil yang mampu membuat Padang Pariaman berkembang pula peternakannya," katanya.
7. Silaturahmi PKDP Lampung dengan Walinagari Padang Pariaman untuk Kebaikan dan Kemajuan Kampung
Silaturahmi pengurus DPW PKDP Provinsi Lampung dengan 24 Walinagari dan empat Camat Padang Pariaman, Kamis (30/9/2021) malam di hotel Nusantara Syari'ah berlangsung hangat dan saling memberi dan menerima masukan ranah dan rantau tersebut.
PKDP yang dipimpin langsung Ketua-nya Sutan Ramandung Piliang bersama jajaran memberikan masukan untuk perbaikan ekonomi masyarakat di kampung.
Mereka tak ingin ada pengusaha China yang berinvestasi di kampung, seperti yang mulai bermuculan di usaha tambak udang dan Nagari Mart.
Persoalan judi dan buru babi yang berkepanjangan, menurut perantau ini menghambat lajunya perekonomian. Tingkat sosial masyarakat kampung lumayan tinggi, dan patut diapresiasi.
"Sejak dari persoalan kecil hingga yang besar, penuh dengan sosial dan rasa berdunsanak," katanya.
Tentu perbaikan demikian untuk kemajuan kampung halaman yang tiap saat dipantaunya, sebagai masyarakat yang tinggal jauh dari kampung.
PKDP Lampung telah hadirnya di daerah itu, mengayomi seluruh urang awak yang merantau ke Lampung. Hanya dua tahun terakhir kurang kegiatan lantaran pandemi covid.
Acara silaturahmi yang diawali dengan jamuan makan malam itu juga diiringi dengan rasa simpatik terhadap Padang Pariaman yang sedang dilanda musibah banjir dan longsor yang merenggut tujuh nyawa sekaligus.
Rasa simpati dan duka itu ditandai dengan pembacaan ibu Quran secara bersama yang dipimpin langsung oleh pembawa acara.
Rombongan studi tiru ini menawarkan perantau yang sukses itu untuk berinvestasi di kampung.
"Sekarang, sepanjang pantai Padang Pariaman bermunculan usaha tambak udang, umunya investor dari luar. Belum ada dari tokoh rantau," kata mereka.
Nagari Katapiang, Kecamatan Batang Anai cukup banyak tambak udang. Hanya satu orang pengusaha China, yang memang sudah lama berinvestasi di nagari itu," sela Walinagari Katapiang Alwis Jaya.
Apalagi kalau PKDP Lampung berkolaborasi dengan Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman, akan lainya ceritanya soal tambak udang tersebut.
Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H siap memfasilitasi itu, dengan kerjasama dengan nagari yang memiliki garis pantai.
Sementara, Camat Ulakan Tapakis Emri Nurman menyampaikan terima kasih atas fasilitasi dan sambutan perantau dalam kegiatan silaturahmi itu.
Menurut dia, kunjungan kerja atau studi tiru yang dilakukannya, adalah bagian dari menumbuhkan inovasi dan kreatif, mendukung penuh program Padang Pariaman berjaya.
"Dengan adanya kunjungan ke daerah lain, yang kali ini melihat dua objek, yakni desa wisata di Sumatera Selatan dan kelompok ternak di Kota Bandar Lampung," katanya.
Persoalan buru babi yang terjadi di kampung, adalah suntiang niniak mamak yang sulit untuk dihilangkan. Dan lagi, olahraga buru babi mendatangkan banyak manfaat dalam menumpas hama tanaman.
Seperti disampaikan Walinagari Sungai Abang Ichwan Boestami dalam menanggapi masukan dan kritikan perantau terhadap dinamika sosial yang terjadi dan berlaku di kampung halaman.
Malah Ichwan Boestami menyebutkan, kalau masyarakat yang tinggal di kampung sebenarnya kaya.
"Yang miskin itu adalah yang pergi merantau," ungkapnya.
Soal kondisi judi lapau kopi yang berkepanjanga, sebagian ada dan memang patut diperbaiki.
"Di tempat saya tinggal itu, sudah azan Subuh orang di masjid, mereka masih asyik dan senang dengan permainan terlarang itu," sebut Hilman, Walinagari Lubuk Alung ini.
8. Studi Tiru Walinagari Itu Dalam Suasana Duka dan Musibah
Studi tiru 24 walinagari bersama empat camat di Kabupaten Padang Pariaman ke Sumatera Selatan dan Lampung, dari 27 September hingga 2 Oktober 2021 penuh diwarnai duka.
Perasaan tak enak, gundah tentu jadi menyelimuti masing-masing walinagari dan camat tersebut. Namun, agenda studi tiru yang telah disusun rapi sejak jauh, harus ditunaikan dan dijalankan sebagaimana mestinya.
Musibah datang silih berganti dan membuat nama kampung halaman yang ditinggalkan sementara, Padang Pariaman seketika buming oleh besar dan dahsyatnya musibah banjir dan longsor serta pohon kayu besar tumbang yang merenggut delapan nyawa masyarakat.
Memang itu di luar ekspektasi walinagari yang tengah melakukan tugas negara ke luar daerah. Yang menjadi luar biasanyanya, di tengah musibah yang menghantam kampung, komunikasi dan kerja-kerja kebijakan lisan tetap dilakukan dengan gigihnya.
Yang penting masyarakat harus terselamatkan. Segala bentuk perintah dan komunikasi dengan anggota di kampung berjalan dengan baik.
Baru saja sampai di Bumi Sriwijaya, musibah menimpa Walinagari Sungai Abang Ichwan Boestami. Datang kabar dari kampung, saudaranya Donny meninggal dunia.
Perasaan sedih dan galau bercampur aduk dalam diri Ichwan Boestami. Sementara, dia salah seorang pimpinan rombongan pula dalam studi tiru yang dikuti walinagari dari Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, VII Koto Sungai Sariak, dan V Koto Timur.
Ichwan Boestami sibuk mengontak sana sini sanak famili, handai tolan sambil menitikkan air mata duka. Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H juga tak kalah sibuk menghubungi rekan dan kawan di berbagai tempat.
Itu cerminan suasana duka jelang sampai di tempat penginapan di Kota Palembang. Kemudian, menjelang tiba di Lampung, tepat di Res Area Tol Gunung Batin, Rabu (29/9/2021) datang kabar besar dari kampung berupa banjir, longsor di Tanah Taban Pasie Laweh, kayu tumbang di komplek makam Syekh Burhanuddin, Ulakan.
Magrib menjelang, hampir semua rombongan dapat info dari kampung, kalau keadaan sedang siaga. Hujan lebat bercampur angin kencang, tak lagi bisa mengelakan banjir dan longsor, yang merupakan bencana paling acap melanda Padang Pariaman.
Malam sampai di penginapan, kontak telpon ini tak putus-putusnya dilakukan seluruh walinagari dan camat terhadap warga dan aparatnya.
Niat untuk merebahkan badan akibat capek naik kendaraan dari Palembang ke Lampung, suka tak suka harus ditunda. Penyelamatan masyarakat harus jadi utama.
Apalagi masyarakat Surantiah Lubuk Alung Rabu sore itu sudah harus di evakuasi. Mereka terisolasi akibat banjir besar luapan Sungai Batang Surantiah.
Walinagari Sungai Buluah Timur Zulkifli dapat laporan musibah pula. Banjir dan derasnya air, lima ekor anak sapinya hanyut oleh air deras. Sebuah mobilnya terbenam oleh dalam dan tinggi luapan air Sungai Batang Anai.
Zulkifli yang pensiunan TNI ini seketika gundah. Pemikirannya tak tenang. Dia memutuskan, Kamis pagi ingin duluan pulang kampung.
Dia cari bus untuk pulang, kontak sana sini, mobil tak dapat. Lazimnya, bus ke Padang dari Jakarta malam lewat di Lampung. Sementara, jadwal pulang rombongan sudah diputuskan Jumat.
Musibah datangnya tak pakai pemberitahuan. Ya, itulah garis takdir dari Yang Maha Kuasa terhadap umat manusia yang tinggal di bumi.
Rasa simpati dan peduli dari jauh adalah prioritas dilakukan walinagari ini. Bahkan dalam pertemuan dengan perantau, juga sama-sama mendoakan, semoga masyarakat diberi keselamatan, dan yang terkena musibah diberi kesabaran, sehingga kuat menerima cobaan demikian.
9. Dari Desa Sugih Waras, Kembangkan Wisata Nagari di Padang Pariaman
Nagari wisata adalah salah inovasi dari pemerintah nagari dalam menggenjot pemasukan, sekaligus memajukan nagari menuju masa depan yang mapan.
Ada banyak sumber wisata yang bisa dikelola dan dibuat nagari. Tergantung inovasi dan kreatif walinagari bersama pihat terkait dalam nagari itu yang ingin menjadikan nagarinya maju lewat distinasi wisata.
Memenuhi keinginan itu agaknya, 24 walinagari bersama empat camat di Kabupaten Padang Pariaman dari 27 September hingga 2 Oktober 2021 melakukan studi tiru ke Desa Sugih Waras, sebuah desa wisata di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan.
Terkait soal ekonomi masyarakat yang berbasiskan kelompok, walinagari itu melanjutkan kegiatannya ke Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.
Di Desa Sugih Waras, pertemuan sharing informasi dilakukan di aula Kantor Camat Teluk Gelam. Lengkap yang menyambut, mulai kepala desa terkait, Camat Saparuddin, Kadis DPMD, Kadis Pariwisata Ogan Komering Ilir.
Tak jauh beda dengan situasinya di Sumbar, Ogan Komering Ilir juga terkena dampak pandemi covid. Wisatawan lokal dan mancanegara yang banyak berkunjung dulunya, sejak covid nyaris tak ada, alias jauh berkurang.
Namun, pengelolaan wisata tetap dilakukannya dengan terus memberikan dorongan lewat anggaran daerah. Sehingga wisata desa di Sugih Waras yang ditetapkan Kecamatan Teluk Gelam tetap eksis, dan bertahan dengan segala pernak perniknya.
Sebuah wisata sejarah dari Rumah Limas 100 Tiang. Sejarah panjang, yang dikelola secara turun temurun. Ibarat rumah gadang di Minangkabau, sekarang Rumah Limas dikelola generasi keempat.
Terletak di pinggir Sungai Komering, rumah ini selesai dibangun 1811 M. Pengelolaan yang ikut diperkuat oleh pemerintah, membuka peluang besar bagi Desa Sugih Waras itu sendiri untuk berkreasi, membuat wisata pendukung sekelilingnya.
Sungai Komering yang kuning, jadi sumber ide dan kreatif oleh warga dan pemerintahnya, dalam memanfaatkan karunia alam lingkungan dari Yang Maha Kuasa.
Ada sejumlah tempat duduk santai yang juga disebut panorama, yang bisa dinikmati pengunjung, disediakan biduk untuk mengangkut ke seberangnya.
Rumah Limas 100 Tiang sejak hadir di tengah masyarakat Sugih Waras telah mengalami perbaikan, dengan tetap mempertahan keasliannya. Terbuat dari kayu, rumah itu berdiri kokoh di pinggir sungai.
Banyak hal yang dibandingkan, sekalian dipelajari rombongan walinagari ini, yang tentunya untuk kembangkan di nagari masing-masing, khusus soal wisata nagari.
Setiap nagari punya wisata tersendiri. Bisa wisata baru yang dibuat lewat ide dan inovasi, dan juga terbuka peluang untuk menggali wisata sejarah.
Nagari punya sejarah sendiri, yang tentunya berbeda sejarahnya antara nagari yang satu dengan nagari lainnya. Pun kearifan lokal nagari menentukan pula laju pariwisata itu sendiri.
Penting inovasi dan kreativitas sang walinagari yang memimpin jalannya pemerintahan nagari itu sendiri.
Rombongan studi tiru
1. Camat Nan Sabaris Wirson
2. Camat Lubuk Alung Zarmiati
3. Camat Batang Anai Suhardi
4. Camat Ulakan Tapakis Emri Nurman
5. Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H
6. Walinagari Sungai Abang Lubuk Alung Ichwan Boestami
7. Walinagari Pasie Laweh Lubuk Alung Peri Adinur Datuak Rajo Bulan
8. Walinagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung Dodi Marten
9. Walinagari Balah Hilie Lubuk Alung Syafruddin
10. Walinagari Aie Tajun Lubuk Alung Syahribul Rahmat
11. Walinagari Salibutan Lubuk Alung Jahidir
12. Pj. Walinagari Sikabu Lubuk Alung Habibah
13. Walinagari Sungai Buluah Agusta Alidin
14. Walinagari Sungai Buluah Timur Zulkifli
15. Walinagari Sungai Buluah Barat Yonedi
16. Walinagari Sungai Buluah Selatan Afrizal Eri Gunuang
17. Walinagari Sungai Buluah Utara Indra Jaya
18. Walinagari Buayan Lubuk Alung Deni Setiawan
19. Walinagari Katapiang Alwis Jaya
20. Pj. Walinagari Kasang Desman
21. Walinagari Kapalo Koto Soni Putra
22. Walinagari Limpato Sungai Sariak Buyuang Cati
23. Walinagari Kudu Gantiang Barat M. Sayuti Tuanku Bagindo
24. Walinagari Padang Toboh Ulakan Bakhri
25. Walinagari Sungai Gimba Ulakan Irman Tiardi
26. Walinagari Seulayat Ulakan M. Idris
27. Walinagari Tapakis Soni Aprison
28. Walinagari Singguliang Lubuk Alung Jasrimansyah.