Oleh : Sarini, M.Pd
Guru SDN 31 Sungai Sariak, Padang Pariaman.
“Kepercayaan diri pada anak bisa dibangun sejak dini. Untuk membangun itu peran orang tua sangat mentukan. Bila penanam rasa percaya diri tersebut telah tumbuh akan membuat anak sukses di masa depan”
Percaya diri merupakan modal dasar yang harus dimiliki seseorang dalam mengembangkan potensi diri dengan mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki. Adanya rasa percaya diri seseorang, ia akan mempunyai rencana dalam bekerja, merasa memiliki dan bertangggungjawab. Ia akan memahami atas kemampuan diri sendiri.
Menurut Anthony (1992) percaya diri adalah sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang diinginkan.
Sedangkan menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87) percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
Sementara itu Fatimah (2010:149), berpendapat bahwa percaya diri merupakan sikap positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
Mengamati dari pendapat para ahli itu, maka kita berkesimpulan bahwa percaya diri merupakan kemampuan untuk mengembangkan potensi diri secara mandiri demi mencapai keinginan.
Bermodalkan dengan keyakinan yang kuat demikian, dia bisa bertindak dan bersikap positif menghadapi berbagai situasi.
Jadi sifat percaya diri itu tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa, tetapi anak-anak juga diperlukan dalam proses perkembangannya menuju dewasa.
Memang kita akui bahwa sifat percaya diri tersebut, agaknya sulit dilihat secara kasat mata, namun akan tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Percaya diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan diri sendiri, sehingga dalam melakukan suatu tidak terlalu merasa cemas. Lagi, ia merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan keinginan, dan bertanggungjawab atas tindakan.
Dalam ajaran agama Islam sangat dianjurkan rasa percaya diri itu. Hal demikian, sikap dan perilaku percaya diri merupakan indikasi keimanan serta ketaqwaan seorang muslim.
Dengan berperilaku percaya diri menunjukkan bahwa seseorang mensyukuri nikmat Allah, perprasangka baik kepada Allah, pada diri sendiri dan orang lain.
Al-Qur an sebagai rujukan umat Islam menjelaskan tentang percaya diri, salah satunya termaktub dalam Qur an Surat Ali Imran ayat 139.
ÙˆَÙ„َا تَÙ‡ِÙ†ُÙˆۡا Ùˆَ Ù„َا تَØۡزَÙ†ُÙˆۡا ÙˆَاَÙ†ۡتُÙ…ُ الۡاَعۡÙ„َÙˆۡÙ†َ اِÙ†ۡ ÙƒُÙ†ۡتُÙ…ۡ Ù…ُّؤۡÙ…ِÙ†ِÙŠۡÙ†
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu merasa sedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Dalam ayat itu terkandung bahwa Allah SWT secara tegas menyemangati hamba-hamba-Nya yang beriman dan menguatkan tekad mereka serta membangkitkan keinginan supaya mereka tidak menjadi mausia yang lemah badan. Padahal Allah telah menganugerahkan jasmani dan rohani yang sempurna dan seimbang.
Berarti dalam menempuh hidup dan kehidupan harus menguatkan tekad dan percaya diri. Tekad dan semangat percaya diri tersebut telah tumbuh dan berproses terlebih dahulu dalam rumah tangga, kemudian sekolah dan lingkungan.
Disinilah peran proses awal pendidikan dilakukan setiap orang tua kepada anak. Sejak dari kandungan, bayi, anak-anak atau dengan istilah sebutan pendidikan anak usia dini dalam keluarga. Penanaman rasa percaya diri pada usia dini demikian, harus ditebarkan dengan pupuk yang positif dan bermakna.
Pelajaran percaya diri kepada sang anak disertai keyakinan yang berharga akan sangat berpengaruh dalam pertemanan sebaya mereka. Setidaknya mereka telah bisa mengatasi pengaruh dan tekanan yang tidak disukainya.
Jadi dengan sikap demikian, akan terlahir daya pikat tersendiri dari teman sepermainan. Ia akan menjadi idola dalam pergaulan sesamanya.
Apalagi telah berusia remaja nantinya. Itulah harapan para orang tua agar anaknya menjadi pribadi yang bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap dan mandiri penuh percaya diri.
Anak yang sudah memiliki rasa percaya diri, ia berani mengemukakan pendapat, berani tampil di depan umum. Ada cita-cita dan keinginan yang kuat untuk berprestasi, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka bisa dan mampu menunjukkan sebagai anak yang kreatif.
Pada sisi lain, ada anak-anak mudah sekali merasa rendah diri, tidak mampu, takut salah. Tentu gejala yang seperti ini, maka perlu dan banyak hal yang harus ia benahi dan dipelajari dari orang pandai atau diatas seusia sesama teman pergaulannya.
Kemudian, perlu disadari bahwa percaya diri bukan bawaan dari lahir, tetapi anak belajar dari setiap proses pendidikan yang dialaminya dalam keluarga, sekolah dan lingkungannya.
Anak-anak memerlukan dorongan, dan dukungan yang terus menerus agar mereka bisa berproses sesuai dengan usia pertumbuhannya. Jika orang tua dan guru dapat berperan dengan baik, maka anak-anak akan memiliki rasa percaya diri sejak dini.
Untuk menghadapi proses percaya diri terhadap pada seusia dini itu, maka ada beberapa hal yang mesti dicermati ;
Pertama, berikan anak aturan pasti dalam bertindak. Walaupun anak sering protes karena merasa dibatasi. Disinilah dengan penuh dengan rasa kesabaran, maka secara perlahan-lahan mereka bisa menerima, jika semua tindakan mempunyai aturan telah terpenuhi.
Kedua, berikan anak kepercayaan. Dalam hal ini para orang tua memperlihatkan 'sangat percaya' bahwa anaknya mempunyai kemampuan.
Sebagai contoh dengan cara memberikan tugas yang mampu dilakukan anak, sehingga menimbulkan rasa ikut memiliki. Juga anak didorong dan diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu sesuai tingkat usianya.
Ketiga, jangan mencap anak negatif. Hindari anak dari komentar-komentar negatif yang mempengaruhi perkembangan jiwanya. Tetapi berilah pujian setiap ia berhasil melakukan tugas,dan nasehati dengan bahasa yang santun bila tersalah
Keempat, hormati dan hargai anak. walupun masih anak-anak, mereka juga ingin dihormti dan dihargai. Hindari mempermalukan anak didepan teman-temannya atau di depan umum. Jika anak berbuat salah, panggillah ia ketempat yang sepi atau bicarakan di rumah dengan bahasa yang santun dan mendidik.
Kelima, dengarkan anak dan dorong ia berpikir mandiri. Rumah merupakan tempat terbaik bagi anak untuk berlatih menjadi orang yang percaya diri, dan belajar mempertahankan diri sendiri.
Juga orang tua harus menghargai ide-ide yang disampaikan sang anak, yakinkan ia bisa dan mampu untuk itu. Tunjukkan sikap positif dihadapan orang lain. Terutama yang bisa dilakukan anak agar dia beryakinan bahwa orang tuanya mempercayai atas kemampuan dirinya.
Keenam, ciptakan peluang untuk pengalaman dan tantangan baru. Beri anak ruang untuk menyalurkan bakat dan minatnya. Terima segala usaha yang dilakukan anak, apaupun bentuk hasilnya.
Ingatkan anak akan hal-hal yang tidak berkenaan, komentari perilaku anak yang negatif dengan bahasa yang santun dan lemah lembut. (Wahjudi Djaja :2020)
Kita tahu dan menyadari bahwa anak-anak masih berpikiran polos, dunianya penuh kegembiraan dan keceriaan. Untuk itu segala tingkah polahnya, memang butuh sentuhan kasih sayang.
Kita pergunakan metode yang tepat dalam mendidik anak sesuai dengan karakternya, sehingga ia dapat tumbuh rasa percaya diri anak sejak dini.
Jadi peran orang tua, sekolah dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi penumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Untuk itu, sentuhan tangan dingin orang tua tersebut sangatlah dominan agar ia tumbuh menjadi anak yang berakhlakul karimah.
Sehingga melahirkan berjiwa pemimpin ditengah-tengah ummat, minimal dalam keluarganya kelak. Ia telah mempunyai keyakinan dan percaya diri untuk mengambil suatu keputusan penting dan bertindak dalam hidupnya, maka terhindar dari rasa bimbang dan keraguan.***