Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Peranan Keluarga Dalam Membentuk Generasi Cerdas Berakhlakul Karimah


Oleh : Sarini, M.Pd

Guru Pendidikan Agama Islam, SDN 31 Kecamatan VII Koto Sungai Sariak

Penulis


“Didiklah anak untuk mengenal dan mencintai Allah dengan penuh hikmah disertai rasa kasih sayang. Anak adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak".

 

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk membentuk kepribadian anak. Usaha demikian itu agar ia berakhlak mulia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai islami dalam kehidupan. 


Disinilah peranan keluarga sangat dominan dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama buat anak. Dalam keluarga itu anak mengalami metamerfosa, tumbuh dan berkembang baik jasmani maupun rohaninya sesuai dengan pertumbuhannya.


Hal demikian, merupakan proses pembelajaran yang didapatkan anak dalam keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. 


Pendidikan pertama dialami anak dalam keluarga ini, maka keluarga adalah wadah pertama untuk peletakan dasar-dasar pendidikan dalam pembentukan akhlak dan karakter anak. Untuk itu pendidikan dalam keluarga harus mendapatkan perhatian khusus dari anggota keluarga yang lebih dewasa. 


Jadi orang tua menjadi model untuk tumbuh kembang anak dalam keluarga dan masyarakat. Kedua orang tua hendaknya dapat memberikan contoh keteladanan uswatun hasanah. Tindakan itu merupakan faktor penting dalam mempengaruhi perkembangan anak. 


Dalam keluarga akan terjadi transformasi perilaku dan sikap dari ayah dan ibu kepada sang anak. Sehingga tatanan keluarga menjadi produk dominan.Juga merupakan proses paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai Islami dan bisa diterapkan melalui pembiasaan. 


Kesemua proses sangat wajar dalam keluarga. Anak akan mengalami proses awal pendidikan, baik pendidikan spiritual, budi pekerti, intelektual, karakter, kepribadian, kerjasama, solidaritas sosial dan rasa kebangsaan.  


Peningkatan peranan keluarga dan pemberdayaan keluarga untuk mendidik anak menghadapi masa depan, sebaiknya mengacu pada strategi pola asuh orang tua dan hubungan yang harmonis dalam keluarga khususnya ayah dan ibu.


Pendidikan awal anak terletak ditangan kedua orang tuanya. Kewajiban setiap orang tua menciptakan proses pendidikan yang bermakna dalam usaha mengembangkan potensi anaknya.   


Suasana keluarga dan rumah tangga yang sakinah, serta iklim pergaulan dan kehidupan spritual antara orang tua dan anak sangat berperan sekali. Tentu ada usaha dan upaya untuk mewujudkan agar anak-anak kelak menjadi anak yang shalih, cakap, cerdas dan berakhlakul karimah.


Agama Islam memandang pentingnya peranan keluarga dalam menentukan kepribadian anak. Menurut Iman Al-Ghazali, peranan keluarga terletak dalam fungsi didiknya. Yakni sebagai jalur pengembangan naluri beragama secara mendasar pada saat anak-anak usia balita sebagai fitrah mereka.


Sebagai contoh, pembiasaan ibadah-ibadah harian yang ringan bagi anak seperti berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Juga diperkenalkan adab berbicara, menghormati orang yang lebih tua, mengajarkan bacaan al-Quran disertakan kalimat-kalimat thayyibah. 


Tak kalah pentingnya adalah Iman kepada Allah yang harus ditanamkan dan diajarkan kepada anak sebelum mengajarkan hal-hal lain. Mengenalkan Allah kepada anak dapat dilakukan dengan dialog-dialog tauhid yang dilakukan kepada anak disetiap kesempatan. Iman merupakan pondasi keislaman, maka semakin kuat keimananannya dan semakin kokoh pula keislamananya.


Dengan iman yang kuat, insya' Allah, anak akan terhindar dari sifat musyrik. Sebagai mana nasehat Luqman kepada anaknya yang dijelaskan Allah dalam Al-Quran surat Luqman  ayat 13,


وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ


Artinya:”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata pada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.


Ayat di atas menjelaskan Luqman berwasiat kepada anaknya agar menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kemudian Luqman memperingatkan anaknya bahwa menyekutukan Allah merupakan sebuah kezaliman yang besar. 


Sebagai umat Islam bahwa pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak adalah mengenalkan Allah Swt. Sejatinya, ketika anak sudah mengenal Allah, selanjutnya orang tua mengajarkan anak tentang tata cara beribadah yang benar.


Penanaman tauhid dan aqidah pada anak sejak dini akan terbangun kecintaan anak pada Islam. Orang tua harus mampu menggerakan keinginan anak untuk melakukan ibadah berdasarkan cinta, bukan suatu pemaksaan. Untuk itu, orang tua harus menjadi figur yang mencintai Islam, sehingga menjadi suri tauladan dalam keluarga bersama anak-anaknya.


Disamping penanaman tauhid dan keislaman kepada anak itu, maka orang tua juga mengajarkan anak tentang akhlak. Sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, dan orang tua perlu menerapkan beberapa pengajaran serta pembiasaan pada anak.


Pengajaran tersebut antara lain: pertama, mendidik anak agar taat dan beradab kepada orang tua, guru, anggota keluarga dan orang lain. Kedua, mendidik anak berbicara sopan dan santun dengan bahasa yang lemah lembut. Ketiga, mendidik anak adab bergaul dengan teman-temannya misalnya tidak sombong, rendah hati, dermawan, suka mengalah, tidak menyakiti hati teman dan tidak mengambil hak orang lain. 


Keempat, mendidik anak adab makan dan minum sesuai dengan syariat islam dengan membiasakan berdoa sebelum dan sesudah makan, tidak berbicara ketika makan, tidak membuang makanan, mencuci tangan dan duduk dengan sopan. Kelima, mendidik anak adab berpakaian, dengan mengenalkan pakaian muslim/muslimah. Keenam, mendidik anak adab tidur, dengan membiasakan membersihkan muka, tangan, kaki, menggosok gigi dan membaca doa sebelum tidur.


Ketujuh, mendidik anak adab masuk dan keluar kamar mandi yakni dengan mendahulukan kaki kiri ketika masuk kamar mandi seraya baca doa dan mendahulukan kaki kanan keluar kamar mandi sambil membaca doa.    


Proses pendidikan pertama yang diberikan kepada anak adalah dengan kasih sayang, nasehat dan keteladanan. Kasih sayang dalam keluarga memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Adanya pendekatan psikis antara orang tua dan anak, tentu membuat anak akan lebih percaya diri dan terbuka menyampaikan rasa keingintahuannya.


Pendidikan dengan kasih sayang dan nasehat akan membentuk kepribadian anak yang lembut dalam bersikap dan santun dalam berbicara. Orang tua harus menyadari bahwa anak adalah titipan Allah yang harus dijaga. Titipan itu harus dikelola sebaik mungkin, agar kelak menjadi aset yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. 


Anak yang shalih merupakan  keinginan dan harapan setiap orang tua dengan harapan kelak anak-anak menjadi anak shalih yang selalu mendoakannya, baik ketika masih hidup maupun telah meniggal dunia. Sebagaimana  sabda Rasulullah Saw : 


إِذَ مَاتَ الْإِنْسَانُ إِنْقَـطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَلِحٍ يَدْعُوْلَهُ


Artinya: ”Apabila manusia telah meniggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan kebaikan padanya.”( H.R Muslim)


Dari hadits di atas jelaslah betapa pentingnya mempersiapkan generasi penerus yang shalih/shalihah. Ketika orang tua tidak lagi bisa beramal disebabkan telah menghadap sang Khaliq, maka doa anak shalihlah yang tak akan putus dan terus mengalir pahalanya kepada orang tua.


Jadi, sesibuk apapun aktifitas orang tua, hendaklah mereka meluangkan waktu bersama anak-anak. Kegiatan demikian, supaya orang tua dapat mengetahui sejauhmana pengaplikasian pendidikan  yang telah diterimany. Sehingga hasil mengamati akan bisa diperbaiki, ditambah, atau mungkin dikurangi dari porsi pendidikan yang akan diterima anak.


Untuk itu diperlukan pendekatan yang komunikatif dan interaktif antara anak dan orang tua, agar anak mendapatkan kasih sayang yang melimpah dalam keluarga. Peletakan dasar-dasar pendidikan anak menjadi prioritas utama bagi setiap orang tua. 


Anak merupakan amanah dari sang Khaliq, orang tualah yang berperan membentuk mereka agar tumbuh menjadi sosok pribadi yang cerdas, berkepribadian dan berkhlak mulia. Untuk itu pendidikan dalam lingkungan keluarga yang islami mutlak dilakukan oleh setiap orang tua.


Pendidikan anak tidak hanya dilakukan ketika anak sudah menginjak taman kanak-kanak saja, tetapi pendidikan tersebut telah diterapkan sejak anak masih dalam kandungan. Semasa dalam kandungan orang tua sudah mempersiapkan buah hatinya menjadi anak yang cerdas dan berakhlak dengan mendengarkan lantunan ayat-ayat al-Quran.


Didamping itu, sang ibu membiasakan berperilaku terpuji selama kehamilan,  menjaga kesehatan ibu dan anak, memenuhi asupan vitamin dan gizi, menyiapkan mental spiritual serta menciptakan kondidi lingkungan yang baik di rumah dan di lingkungan sekitar.


Untuk memiliki anak yang sehat, cerdas, cakap dan terampil baik mental maupun spiritual, orang tua harus berjuang sekuat tenaga dan berdoa. Orang tua harus banyak belajar dan menentukan metode yang tepat agar bisa merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak.


Orang tua sudah jelas akan mempersiapkan anaknya untuk menerima nilai-nilai dan norma yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian anak.


Pebiasaan merupakan metode yang tepat dilakukan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual tersebut. Dengan menerapkan pembiasaan dalam membina anak agar mereka menerapkan ajaran agama dengan rasa cinta dan ikhlas, disiplin, toleransi, bertanggungjawab, tata tertib, dan sopan santun.


Kesemuanya itu diharapkan supaya anak memiliki kemampuan menunjukkan perkembangan emosi sosial dan emosional yang wajar sesuai dengan perkembangan usianya. 


Pendidikan anak sejak dalam kandungan hingga usia kanak-kanak itu sangat dominan mempengaruhi pertumbuhan jasmani dan rohani anak. Bila orang tua salah dalam memperlakukan anak, sehingga bertentangan dengan tahap perkembangnnya, maka akan timbul berbagai masalah dalam pertumbuhan anak.


Pada setiap tahapan perkembangan anak, ia membutuhkan rangsangan dan bimbingan yang tepat dan sesuai dari orang tua. Oleh karena itu, untuk melahirkan generasi yang cerdas, berbakat dan berakhlakul karimah. Tentu sangat dibutuhkan tanggungjawab, kepedulian dan pengorbanan yang besar dari para orang tua.


Faktor keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan sekitar akan mempengaruhi kecerdasan dan akhlak anak. Bila faktor pendukung ini bisa diperoleh anak pada masa tumbuhkembangnya, niscaya anak akan memiliki pondasi agama yang kuat.


Disamping itu akan mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, berkarkter, memiliki rasa percaya diri, mampu mengatur dirinya sendiri. Lagi,responsif terhadap rangsangan yang datang dari lingkungannya. 


Apalagi untuk membangun karakter anak supaya mempunyai kepribadian dan berkahlak mulia, sangat dibutuhkan ketekunan. Juga kesabaran dengan penuh kerjasama yang dilakukan secara simultan dan berkesinambungan.


Untuk itu diperlukan kegiatan pembiasaan secara spontan dan serempak. Dalam rangka membangun karakter dan kepribadian anak itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua, yaitu keteladanan, pembiasaan, nasehat, pengawasan dan hukuman. 


Bila orang tua sudah mampu meletakkan pondasi iman, ketaqwaan kepada Allah Swt dan memperkenalkan nilai-nilai keagamaan pada anak sejak dini. Insya' Allah mereka bisa menjadi generasi yang cerdas, berkepribadian dan berahlakul karimah.


Jiwa mereka telah dibentengi dengan keimanan dan niai-nilai agama, sehingga bisa meminimalisir segala bentuk penyimpangan dari dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies