Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Cerita Kehidupan Santri Darul Ulum Padang Magek yang Menanak Nasi dengan Kayu Bakar

tungku di dapur santri yang masih pakai kayu bakar sampai kini

Tanah Datar, Sigi24.com--Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Padang Magek, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar sehari-hari menanak  atau memasak nasi dengan kayu bakar. Kayu itu ada yang dibeli, dan ada juga pemberian masyarakat.

Biasanya pemberian masyarakat sekitar, berupa dahan kayu dan pelepah kelapa. Santri menjemputnya ke parak/ladang warga. Kemudian memotongnya dengan ukuran kecil, untuk masuk ke tungku tempat menanak nasi.

Ukuran memasak itu, kata Umi Ar, pengasuh santri putri, satu liter untuk makan lima orang santri. Satu periuk besi besar ukuran isi enam liter, bisa nasinya untuk tigapuluh orang santri.

Kini santri perempuan yang populer dengan santriwati ada lebih kurang 70 orang. Mereka memasak dengan dua periuk besi besar saja. Nanti nasinya ditaruh di piring masing-masing oleh petugas piket,  pada jam pembagian nasi. 

Menanak nasi itu dua kali sehari, pagi dan sore. Mereka makan terserah saja jam makannya. Pokoknya, nasi masing-masing sudah ada. Beras makan ini, disetor santri empat liter seminggu.

Kalau untuk sambal lauk pauk dan sayurnya, santri berkelompok-kelompok membuatnya. Ada yang tiga orang, ada yang empat orang sekawan. Mereka beriyuran rata-rata Rp25.000 seminggu.

Dapur santri ini terlihat bersih. Karena piket selalu membersihkan setiap hari. Piket santri dibagi tiga. Pertama piket asrama, kedua piket kamar mandi, ketiga piket dapur. 

Semua santri dapat giliran piket. Piket bekerja sampai benar-benar bersih. Itulah yang membuat mereka disiplin. Hingga terbiasa mandiri nantinya, bila sudah dewasa.

Melihat jadwal yang begitu padat: belajar mengaji pagi hari, belajar umum sore hari. Menghafal malam hari. Mencuci juga, piket juga. Nyaris tidak ada waktu santri untuk santai berleha-leha. 

"Mereka tidak boleh memegang hendphone di dalam lokasi pondok. Di sini hanya boleh megang kitab saja. Olahraga juga dalam lokasi pondok. Hanya  ketika mencari kayu bakar saja tiap hari Kamis, mereka refreshing sejenak, di luar komplek pesantren ini," kata Umi Ar. 

Tetapi karena rasa persaudaraan dan rasa kekeluargaan yang dalam, santri betah mengikuti semua aturan di pesantren ini. 

Hafizah, salah seorang santriwati dari Mentawai, mangaku sangat senang berada di pondok pesantren ini. Sudah dua tahun dia tidak pulang ke Mentawai. Hanya pamannya saja yang datang ke pondok melihatnya sekali sebulan.

Begitu juga santri yang lain, hanya orang tuanya yang berkunjung melihat anaknya. Karena santri hanya dibolehkan pulang ke rumah waktu libur panjang saja. Seperti libur bulan puasa dan hari raya. (as. patimarajo)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies