Lahuddin dan beruknya sedang bermanja |
Sepertinya beruk atau monyet kepunyaan Bilal Lahuddin itu tak mau difoto. Berkali-kali kawan wartawan menghadapkan kamera untuk di ambil momennya, beruknya selalu menghindar dan mengalihkan perhatian ke yang lain.
Namun karena sabar dan betah, akhirnya dapat juga foto saat beruk itu bermanja dengan tuannya, Anih, begitu Lahuddin disapa banyak orang di kampungnya, Koto Padang, Nagari Sikucua Barat, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.
Dalam hidup bernagari, Anih adalah seorang Bilal. Tentunya di Masjid Raya Koto Padang, kampunya sendiri. Tiap Jumat dia tampil sebagai tukang azan di masjid itu.
Suaranya lumayan rancak dan bagus. Mungkin karena itu pula pilihan masyarakat menjatuhkan kepadanya untuk jadi tukang azan.
Di samping itu, Anih juga seorang guru mengaji di masjid tersebut. Ya, mengajar anak-anak kampung supaya bisa mengaji Quran. Seperti biasa, Ahad Subuh dia kumpulkan anak-anak itu untuk mengikuti didikan Subuh namanya.
Anih mengajar dengan riang dan gembira. Ada-ada saja bahan ceritanya untuk memberikan motivasi, sekaligus hiburan manakala agenda rutin didikan Subuh selesai.
Riang dan gembira dalam keseharian, tampak Anih terkesan orang yang lambat tua.
Supaya anak-anak jangan merasa takut, Anih punya trik tersendiri. Dia dengan senangnya bernyanyi. Nyanyi apa saja, yang penting berfaedah, dan yang mendengarkan merasa terhibur.
Di luar agenda tukang azan dan mengajar anak-anak mengaji, Anih menghabiskan waktunya dengan seekor beruk. Tak heran, kemanapun acara goronya dalam nagari itu, beruk tetap diangkutnya dengan motor bututnya itu.
Beruknya lumayan pintar. Mampu menjatuhkan ratusan kelapa dalam sehari kerja. Hanya saja, permintaan akan panjat kelapa oleh beruknya Anih tak pula berjalan mulus tiap hari.
Artinya, dalam sepekan itu ada masa-masa beruk Anih nganggur alias tak ada kerja memanjat kelapa.
Kelapa harus diturunkan dari batangnya yang tinggi, tentu ada musim dan momennya. Dari segi pendapatan atau penghasilan, tentu Anih mengalami musiman pula.
Musim ramainya jangan ditanya. Bisa bergaji Rp250 ribu Anih dalam sehari. Hebat itu. Tapi keadaan demikian tak selalu adanya secara berkesinambungan.
Sebagai anggota Keltan Wartani, beruk Anih tampak jadi andalan untuk menjatuhkan kelapa muda saat ada momen mengundang tamu.
Beberapa waktu lalu, Keltan Wartani melakukan panen raya jagung. Beruk Anih langsung saja menjatuhkan kelapa muda dengan sigapnya.
Tak pakai lama, puluhan kelapa muda dalam lahan pertanian Keltan berserakan di sekitar batangnya. Hebat beruk itu rupanya. Tahu mana kelapa yang harus dijatuhkan, dan sesuai pula permintaan tuannya.
Begitu juga Anih, ada pula masanya dia berang sama beruknya. Seperti saat beruk lalai dan tampak main-main di atas pohon kelapa yang amat tinggi. Hebat, beruk itu tahu pula ketika dia dimarahi tuannya.
Sebaliknya, beruk itu senang manakala tuannya lagi ceria. Dengan senang hati beruk memanjat punggung Anih, tanda beruk bermanja dengan tuannya sendiri.
Dengan cepat beruk menjatuhkan kelapa yang diminta tuannya. Kesepahaman demikian memakan waktu yang tidak sebentar.