Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Covid Berkepanjangan, Patut Mobil Ambulan PKDP Kota Cilegon Ditambah

Sopir ambulan PKDP Kota Cilegon foto dengan mantan dan ketua PWI Pariaman

Padang Pariaman, Sigi24.com--Sebenarnya jarak tempuh Cilegon, Provinsi Banten-Padang Pariaman, Sumatera Barat bisa diputuskan 18 jam perjalanan dengan ambulan. Namun, karena ada sebuah kendaraan yang mengiringi, waktu jarak tempuh bertambah sedikit, menjadi 23 jam sampai tujuan korban yang di angkut di Pasie Laweh Lubuk Alung.

Firman Daus dan Tarmizi Chaniago, sopir ambulan Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) menceritakan kalau mereka sudah tiga kali mengangkut mayat dari Cilegon ke Sumatera Barat. "Dua kali ke Solok dan sekali ini ke Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman," kata mereka, Selasa (3/8/2021) di Pondok Lesehan Angin Sunua, Pondok Jambek, Gadua, Kecamatan Enam Lingkung.

Jadi, katanya, ambulan memang milik paguyuban PKDP. Tetapi, ketika sudah berhadapan dengan korban kematian, identitas demikian jadi hilang. Namun, korban warga PKDP tentu jadi prioritas utama dalam hal ini.

"Ke Pulau Jawa kami ada mengangkut mayat. Ke Solo dan Surabaya," cerita dengan santainya sambil menikmati enaknya makan kepala ikan di pondok lesehan itu.

Firman Daus yang asli Jambak Lubuk Alung lama di Koto Tinggi, Enam Lingkung dan Tarmizi Chaniago yang asli Katapiang, beristrikan orang Sungayang, Kabupaten Tanah Datar ini termasuk sopir andalan ambulan milik PKDP tersebut. Mereka mengerti kerusakan dan kebaikan kendaraan yang mereka bawa.

"Kalau dapat mobil keluarga yang mengiri kita tak tahu jalan, membuat kita lelah dan tentunya sang mayat tambah lama dalam kendaraan, yang semestinya bisa cepat dikuburkan," ungkapnya.

Seperti pengalamannya saat mengangkut mayat tentara yang meninggal di Cilegon, Minggu (1/8) dan tiba di Pasie Laweh Lubuk Alung Senin pukul 23.00 Wib, itu lantaran sebuah kendaraan keluarganya, agak kurang tahu jalan.

"Acap kita komunikasi di jalan, menanyakan sudah sampai dimana. Tahunya, karena percaya apa omongannya, kita kira mereka sudah sampai, eh tahunya masih di Silungkang, dan kita sudah masuk wilayah Padang Pariaman. Sehingga ada beberapa waktu ketinggalnya di belakang," ulas Tarmizi.

Tarmizi ingin, kendaraan yang mengiringi itu, sopirnya bermental sopir ambulan, sehingga bisa memacu laju kendaraan ambulan. Atau sama sekali tak usah pakai pengiring kalau mayat diangkut jauh seperti dari Cilegon ke Padang ini.

"Ambulan ini sudah jalan tiga tahun, sejak PKDP diketua Muharman Koto. Sekarang, Ketua PKDP Cilegon Edi Adam, yang juga sekalian Ketua PWI Cilegon," sebutnya.

Kondisi pandemi yang berkepanjang, tambahnya, membuat aktivitas ambulan ini semakin tinggi, dan nyaris tiap hari ada saja kegiatan pengangkutan mayat dan orang sakit ke rumah sakit. "Harapan kami, ambulan ini bertambah dari satu ke dua atau tiga unit. Dan harus ada pula ambulan khusus yang untuk korban meninggal dan korban yang sakit," harapnya.

Suka duka membawa ambulan jelas ada. Apalagi jarak tempuh yang lumayan jauh, melewati banyak daerah rawan dan angker, serta lintasan yang belum pernah ditempuh. "Saat kita masuk wilayah Jambi, ada rasa simpati dari sejumlah anak muda daerah itu, saat mendengar raungan serine mobil ambulan yang kita bawa ini," katanya.

"Ada sejumlah motor mendahului kita, lalu memandu ambulan, sampai ke lokasi yang menurut banyak orang tak lagi angker dan menakutkan. Luar biasa simpatinya," cerita mereka.



Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies