Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Menyerahkan Anak Mengaji dengan Pola Lama yang Mesti Dipertahankan Oleh : Syafwatul Bary

Mendoa memulai mengaji, tanda menyerahkan anak di Pesantren Nurul Yaqin

Secara harfiah, makna kalimat di atas adalah “menyerahkan anak mengaji”, atau dalam bahasa yang lumrah hari ini adalah penerimaan peserta didik baru. Pondok Pesantren Nurul Yaqin, sampai hari ini masih setia dengan terma “mangaji”, meski arus zaman hari ini menggiring untuk menyebutnya sebagai “sekolah”. Tak ada yang namanya “mendaftar sekolah”, “pergi sekolah”, “pakaian sekolah”, dan lainnya. Kata sekolah dalam semua kesempatan disebut “mengaji”.

Hampir dua dekade terakhir, proses awal mengaji ini dilakukan dalam dua bentuk kegiatan; pendaftaran administrasi dengan segala tetek-bengeknya, dan doa bersama yang sering disebut “mandoa manyarahan anak”. Untuk yang disebutkan terakhir, masyarakat perkampungan biasanya melakukannya secara beramai-ramai, tak hanya kedua orangtua saja, hampir seluruh sanak-famili dan tokoh masyarakat kampung si santri ikut berbondong-bondong mengantarkan dan menyerahkannya sebagai bukti atas besarnya harapan masyarakat kepada si santri kelak.
Kegiatan pertama adalah yang jamak dilakukan lembaga-lembaga pendidikan pada umunya. Sedangkan kegiatan kedua sangat tak lazim dilakukan, padahal keduanya sama penting dan bermanfaat dalam mengawali langkah pendidikan agama karena mengandung makna dan filosofi-filosofi besar yang diharapkan baik di kemudian hari.
Secara umum, dua kegiatan tersebut menandakan dua orientasi besar juga yang akan dihadangnya; duniawi dan ukhrawi. Proses pendaftaran administratif mensinyalkan bahwa kebutuhan duniawi yang menuntut segala hal mesti tercatat dalam bentuk tulisan dan terbukti dengan bukti-bukti fisik, seperti ijazah, data statistik, dan segala kebutuhan dunia lainnya dari sebuah pendidikan, bisa terpenuhi.

Sedangkan mandoa manyarahan anak menandakan bahwa untuk mengawali langkah ukhrawi, harus dimulai dengan ‘manyarahan’ (menyerahkan) yang ditandai dengan doa. Dalam filosofi lain, hal ini juga bermakna bahwa di pesantren, kedua orientasi tersebut teradopsi dengan adil.
Terma “menyerahkan” dalam hal ini bermakna ganda; zahir dan batin. Zahirnya berarti si wali santri menyerahkan anaknya kepada guru di pesantren untuk diajarkan ilmu, namun batinnya bermakna bahwa wali santri dan pesantren sama-sama berserah diri kepada sang maha guru, sang ‘allamal insaana maa lam ya’lam untuk diberikan ilmu dan segala-galanya.

Sehingga, dengan berserah diri kepada-Nya ketika memulai langkah suci ini, apapun ketetapan sang maha guru dalam menempuh proses panjang pendidikan tersebut, semua pihak akan dapat menerima dengan lapang dada. Baik, buruk, ujian, cobaan, nikmat, azab, dan lain sebagainya, akan terterima dengan baik kalau sudah berserah kepada-Nya. Semua berjalan lantaran takdir-Nya, bukan?
Jika dilihat lebih jauh, makna pertama merupakan tanda bahwa dengan menyerahkan anaknya mondok, orangtua sudah rela sepenuh hati anaknya diasuh dan dididik di pesantren sebagaimana kemampuan pesantren. Sehingga, pitaruah tak baunyian, pakirim tak baturuikan, picayo lahia jo batin dari orangtua kepada guru di pesantren. Pun hal yang sama bagi pihak pesantren, dengan telah diserahkannya anak dari orangtuanya, menjadi sebuah kewajiban pula bagi pesantren untuk mendidik dan mengasuh sebagaimana orangtua. Ditinggalkannya orangtua di rumah, maka didapatinya pula orangtua di pesantren. Begitu hasilnya.
Alhasil, dengan begitu tak ada ditemukan yang namanya “beli ilmu”, “sewa fasilitas”, “sewa jasa pendidik”, “bayar uang kenyamanan”, dan lain-lain. Dan sebaliknya, tak ada juga didapati “jual ilmu”, “menyewakan fasilitas”, “terima gaji mendidik”, “dapat gaji menyamankan”, dan lain-lain. Semuanya berjalan murni karena agama, dan demi agama.
Meski terkesan kuno, prosesi ini harus selalu dipertahankan demi menjaga tradisi dan, agar kearifan para ulama masa lalu tak terkubur perkembangan zaman. Karena yang seharusnya dikubur dalam, hanyalah kenangan bersama mantan silam.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies